Sunday, December 2, 2012

#CeritaHongKong : Dimarahi Tamu Hostel

Ashoka Hostel. Pukul 22.30. Saya dan Risty akhirnya tiba di hostel setelah perjalanan yang cukup melelahkan. Ketika membuka kamar, lampu sudah dimatikan. Ada seorang tamu baru di kamar yang sudah tidur. Tak mau menggangunya, kami berusaha berbincang sepelan mungkin.

Lampu kemudian kami nyalakan. Tak lama kemudian, tamu itu terbangun. Tamu itu seorang wanita berwajah oriental yang sepertinya berasal dari Cina. Dengan wajah cemberut, wanita itu terduduk sambil menggaruk-garuk kepalanya. Saya melemparkan senyum, berusaha untuk ramah. Namun bukan senyum yang saya dapat, melainkan wajah judes yang membangkitkan sentimen.

Ia nampak terganggu, kemudian berusaha tidur lagi tapi sepertinya tidak bisa. Setelah itu ia keluar kamar. Saya kemudian segera mandi dan beres-beres. Setelah saya selesai mandi, tamu wanita itu sudah kembali di tempat tidurnya namun masih terlihat gelisah.

Karena badan sudah lelah, saya segera naik ke atas tempat tidur untuk segera beristirahat. Memejamkan mata dan kemudian terlelap.

Pukul 06.30, alarm pada ponsel saya berdering, membangunkan saya dari tidur yang cukup nyenyak. Saya yang tidur di tempat tidur tingkat bagian atas, segera ke turun ke bawah membangunkan Risty.

Dengan semaksimal mungkin saya tidak membuat kegaduhan atau berisik, karena si tamu wanita itu terlihat masih tidur. Tak mau membuang waktu saya segera mandi. Setelah saya selesai, Risty gantian mandi.

Menunggu Risty selasai mandi, saya kemudian bersantai di tempat tidur Risty di bawah sambil membaca berita di Ipad dan tidur-tiduran, tiba-tiba sesuatu yang tak terduga terjadi. Tamu wanita itu bangkit dari tidurnya dan kemudian membentak saya. “Thank you!! Xie Xie!! #$%%**#@$!!! Thank you Xie Xie!! #$@%^$((#$!!” bentak wanita itu kepada saya dengan bahasa Mandarin yang entah apa artinya.

Saya terdiam. Terpaku.  Bingung. Tak mengerti apa salah saya. Perasaan, saya sudah berusaha menimalkan volume suara dan sudah berusaha maksimal untuk tidak membuat kegaduhan. “I’m sorry, did I do something wrong?” Saya bertanya keheranan kepada wanita itu. Dia kemudian hanya diam, melotot hingga bola matanya nyaris keluar kemudian membanting pintu dan keluar.

Saya sama sekali tidak mengerti apa salah saya. Apa mungkin gara-gara suara alarm dia jadi terbangun? Atau dia mengalami mimpi buruk dan saya ada di mimpi buruknya? Yang jelas dia sepertinya sangat terganggu. Kesal. Tidak rela tidurnya terputus. Padahal saat itu sudah pagi, sudah hampir pukul tujuh. Waktu normal untuk bangun pagi.

Saya mungkin dianggap perampok. Perampok mimpi indah dan tidur nyenyaknya. Entahlah. Sampai detik ini pun saya tidak tahu kenapa wanita itu bisa semarah itu, padahal saya merasa tidak berbuat sesuatu yang berlebihan.

Demi apapun, ini adalah hostel mix dorm dan bukan private room hotel bintang lima. Kalau ingin lebih mendapatkan privasi, mengapa tidak memesan single room atau menginap di hotel yang lebih mewah? Dijamin di sana akan lebih nyaman tidurnya.

Ada-ada saja kelakuan tamu itu. Seharusnya dia tahu konsekuensinya menginap di mix dorm hostel seperti ini. Setiap tamu pasti punya kepentingan masing-masing. Dan kebetulan kami saat itu harus bangun pagi untuk mengejar kapal feri ke Macau, jadi mau tidak mau kami harus bangun pagi dan alarm wajib untuk dinyalakan.

Menginap di hostel mix dorm memang tidak bisa diprediksi dan selalu penuh kejutan. Kelakuan tamu tidak bisa ditebak. Ada yang asik, ada yang berisik. Ada yang ramah, ada juga yang suka marah-marah. Kalau beruntung, tamu hostel malah bisa jadi teman seperti yang saya alami di Singapura. Kalau lagi apes, makian dan dampratan bisa mendarat telak di kuping seperti yang saya alami ini. Apa pun bisa terjadi di hostel mix dorm.

No comments:

Post a Comment