Thursday, February 28, 2013

#CeritaMaluku : Snorkeling di Pulau Pombo

Pagi itu saya dan Risty diantar oleh Amrin, host kami di Ambon pergi ke Pantai Liang. Untuk mencapai Liang, kami naik angkot dari terminal Ambon. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 45 menit. Sekitar pukul 10 WIT kami tiba di Liang. Amrin langsung mengajak kami bertamu ke sebuah rumah. 

Dari kejauhan, seorang pria bule melambaikan tangannya dan berteriak menyambut Amrin "Halo Amrin!" Kami menghampirinya dan Amrin memperkenalkan kami dengan bule itu. "Halo, I'm David." Ujarnya ramah, memperkenalkan diri sambil menjabat tangan saya. Tak lama kemudian muncul seorang wanita bule cantik berambut pendek menghampiri kami. Jana namanya. Wanita itu memperkenalkan dirinya dengan senyum ramah.

Mereka kemudian mengundang kami duduk di sebuah pondok, yang berfungsi sebagai ruang tamu, dan terlihat sangat berantakan. "Oh I'm sorry for such a mess. This is because we had a party last night. Let me clean up first." David merasa tidak nyaman dengan betapa berantakannya pondok itu. David dan Jana kemudian sibuk membersihkan dan merapihkannya. 

Setelah semuanya rapih, selayaknya tuan rumah yang baik David dan Jana menyuguhkan kami minuman dan kue-kue kecil. Kami kemudian saling bercerita dan melebur ke dalam sebuah percakapan yang menyenangkan. 

David dan Jana, keduanya berasal dari Benua Eropa. David dari Slovakia. Jana dari Ceko. Mereka adalah sepasang kekasih. Keduanya sudah tinggal di Ambon sejak Oktober 2012. Pada awal kedatangan mereka ke Ambon, Amrinlah yang membantu mereka mencarikan rumah dan mengurus semua surat-suratnya. 

Mereka berdua orang yang sangat baik dan ramah. Sangat menyenangkan. David bercerita betapa dia mencintai Indonesia. Menurutnya, Indonesia adalah surga. Tak ada tempat yang lebih indah selain Indonesia. "I love Indonesia and I want to die here." Ujar David mengungkapkan perasaannya. Dan dia serius dengan apa yang diucapkannya itu. Dengan izin tinggal yang hanya setahun, dia sedang memikirkan bagaimana caranya supaya bisa tinggal di Indonesia selamanya. 

Lucu. David dan Jana bercerita bagaimana mereka senang di Indonesia, tapi kami sendiri orang Indonesia, malah sangat ingin pergi ke tempat mereka, ke Eropa sana. Mereka pun heran. Menurut mereka di Indonesia jauh lebih indah dan menyenangkan dibandingkan di Eropa. "Why you wanna go to Europe if you already live in Heaven?" Jana bertanya kebingungan. "With four seasons we have, Europe is not as fun as you imagine, especially in winter." Jana menambahkan. Tapi, itulah sifat manusia, selalu menginginkan hal lain yang tidak dimilikinya. Mungkin benar kata orang, rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau jika dibandingkan dengan rumput di halaman sendiri. 

"What time is it?" David bertanya dan terkejut ketika kami memberi tahu sekarang sudah pukul 11 lewat. Tiba-tiba di tengah percakapan, David menawarkan kepada kami untuk snorkeling di Pulau Pombo. "It's very beautiful there. The corals and fish were awesome. It's far more better than in Bunaken. It's only ten minutes from here and I have snorkel sets for you guys. So, Shall we go?" David mengajak kami sambil bercerita betapa menariknya Pulau Pombo. Hal itu diamini oleh Jana. Mereka berdua memastikan, snorkeling di Pulau Pombo akan sangat menyenangkan.

Kami pun tak kuasa menolak ajakan mereka. Kami sepakat pergi ke Pulau Pombo. David dan Jana terlihat sangat bersemangat. Mereka segera bersiap-siap. Ganti pakaian dan menyiapkan alat snorkeling. Karena David hanya punya satu sepeda motor, maka kami tidak mungkin untuk berangkat bersama. Jalan keluarnya adalah, David terpaksa harus mengantar-jemput kami satu persatu. Dan dengan baik hati dan sabar ia melakukan semua itu. 

Akhirnya kami tiba di sebuah desa kecil, tempat penyewaan kapal motor. Setelah bernegosiasi dengan cukup alot, akhirnya mereka setuju dengan harga yang diajukan. Perahu motor pun dinyalakan dan kami segera berangkat. 

Cuaca siang itu agak mendung. Dan yang cukup mengkhawatirkan adalah laut yang terlihat kurang tenang dan sedikit berombak. Meski demikian, itu semua sepertinya bukan masalah besar buat David dan Jana. Sedangkan bagi saya dan Risty, itu adalah sebuah masalah. Kami bukan praktisi snorkeling yang ahli. Dan kebetulan saat itu tidak disediakan jaket pelampung. Jadi kami harus berenang sendiri, terapung tanpa bantuan apa pun. 

Dengan sangat bersemangat David dan Jana menyeburkan diri ke laut. Saya dan Risty mulai ragu. Namun akhirnya dengan segala pertimbangan, saya pun memberanikan diri dan nyebur ke laut. Baru sebentar di laut, saya pun mulai panik karena ombak yang terasa makin kencang. Dibantu oleh David, saya berusaha menarik nafas sebentar dan kemudian berenang lagi. Lima menit berenang, goyangan ombak makin terasa dan saya pun mulai panik dan merasa tidak sanggup untuk melanjutkan lagi. Saya akhirnya memutuskan untuk naik ke perahu. Sungguh sangat tidak menyenangkan rasanya diserang panik. Seperti mau mati. 

Akhirnya Risty pun tak jadi menceburkan diri. Kami akhirnya sepakat pergi ke Pulau Pombo kecil untuk beristirahat. Sementara itu, David dan Jana sudah berenang makin jauh. Mungkin mereka sudah bertemu kura-kura, atau ikan-ikan lain yang sedang bermain di terumbu karang. 

Sampai di  Pualu Pombo kecil, saya duduk di pantai memandangi Pulau Pombo yang ada di seberang, sambil menenangkan diri serta mengingat-ingat apa yang saya lihat selama kurang lebih lima menit tadi. Memang benar kata David. Alam bawah lautnya indah. Tapi apa boleh buat, saya hanya bisa menikmatinya dengan sangat singkat. Seandainya saja ada pelampung, mungkin akan lain ceritanya. 

Awan terlihat semakin gelap. Dan tak lama kemudian, hujan pun turun. Ombak terlihat makin besar. Setelah hampir setengah jam snorkeling, David dan Jana akhirnya berteriak dari tengah laut minta dijemput. Kami pun segera menjemputnya dan kembali menuju kediaman mereka di Liang. 

Kami kembali berbincang-bincang di pondok rumah kontrakan David dan Jana. Mereka menceritakan apa yang mereka lihat tadi. Kemudian memperlihatkan kepada kami gambar-gambar yang diambilnya. Sungguh menakjubkan. Pemandangan bawah laut Pulau Pombo sangat indah. Mereka memberikan kami sebuah alamat Facebook LivingLovingIndonesia yang merupakan akun milik mereka berdua yang berisi keindahan Indonesia. Di sana juga ada foto-foto pemandangan bawah laut Pulau Pombo yang dapat di lihat pada Link ini

Kami melanjutkan perbincangan sambil minum teh hangat. Suasana terasa makin akrab. Selama perbincangan, ada satu hal yang menggangu pikiran saya. Dalam benak saya, saya merasa kalau David itu mirip seseorang terkenal. Dan akhirnya saya tahu, David itu mirip siapa. "David, you know what, you look like Zinedine Zidane, the famous French footballer!" ujar saya kepada David yang langsung tertawa mendengarnya. Ya, David mirip Zidane. Potongan rambutnya, hidungnya, berewoknya, semuanya. Dia benar-benar mirip pesepakbola Perancis itu. "You are not the first person who said that." Ujar David sambil tersenyum lebar. Jana ikut tertawa. Kami semua pun tertawa. 

Sebenarnya ingin berlama-lama ada di sana, bahkan mereka berbaik hati menawarkan kami untuk menginap. Namun, kami tak punya banyak waktu. Kami masih punya agenda dan tempat lain yang ingin dikunjungi. Kami pun mengakhiri kebersamaan, mengambil foto bersama, dan kemudian berpamitan.  

Terlepas dari insiden snorkeling yang agak memalukan, saya sangat menikmati hari itu. Dan yang paling menyenangkan bagi saya adalah bisa bertemu dengan orang asing dan kemudian berteman dengan mereka. Ya, bagi saya itu adalah salah satu hal yang paling menyenangkan dalam traveling.

Pulau Pombo Kecil


Saya, Risty, David dan Jana

Wednesday, February 27, 2013

#CeritaMaluku : Ora Beach Resort

Ora Beach Resort bukan tempat penginapan biasa. Tempat ini menawarkan sesuatu yang istimewa. Di sana ada panorama laut dengan sejuta pesona. Indah, serta penuh dengan rasa damai luar biasa. 

Resort ini punya 6 pondok unik. Semuanya berdinding dan berlantai kayu serta beratapkan jerami. Ditopang oleh kaki-kaki bangunan yang kuat, pondok-pondok itu terlihat kokoh berdiri di atas permukaan laut. Sekilas bentuknya mirip gubuk sederhana. Selain itu, ada 6 kamar penginapan standar di pinggir pantai serta sebuah restoran.

Yang paling istimewa sudah pasti adalah pondok yang berdiri diatas permukaan laut. Kamarnya luas dan nyaman. Kamar mandinya bersih. Dan yang menjadi favorit saya adalah terasnya. Di teras itu saya bisa duduk dengan tenang menikmati indahnya pemandangan laut sambil ditemani oleh merdunya orkestra alam yang terdiri dari perpaduan suara tiupan angin, kicau burung, serta suara ombak. Sungguh damai rasanya.

Air laut di Ora sangat indah berwarna biru kehijauan. Jernih. Khususnya pada pagi hari. Dari kejauhan saya dapat melihat jelas ikan-ikan kecil yang sedang bermain di terumbu karang. Jika ingin berenang, tak perlu repot, tinggal loncat dari sekitar teras.

Kegiatan menyenangkan lainnya adalah berjalan di sepanjang pantai. Pantai Ora adalah sebuah private beach. Bebas dari jamahan turis massal. Pantai ini benar-benar serasa milik pribadi. Suasananya sepi. Bebas dari ramai. Damai.

Dengan bantuan perahu motor yang disediakan, saya bisa mengunjungi tempat-tempat menarik di sekitar resort. Salah satunya adalah mata air Belanda. Jarak tempuhnya hanya 5 menit menggunakan perahu motor. Di sana ada sebuah pantai landai berpasir putih lembut. Dan yang membuat tempat itu istimewa adalah mata air yang membentuk sungai kecil. Mengalir dari pegunungan hingga ke laut. Airnya dingin. Kadang air itu keluar dari lubang-lubang pasir kecil yang ada di pantai. Konon tempat ini ditemukan oleh bangsa Belanda, sehingga dinamakan oleh penduduk setempat mata air Belanda.

Mata Air Belanda

Di sekitar Ora juga banyak tempat ideal untuk snorkeling. Jaraknya kurang lebih 5 - 10 menit ke arah kanan resort. Di sana banyak terdapat tebing-tebing menjulang tinggi. Seperti yang saya temui di Ha Long, Vietnam dan sekitar Phi-Phi, Thailand.

Hanya satu hari saya berada di sana. Namun tempat ini sungguh berkesan di hati. Sungguh sebuah tempat yang layak dikunjungi. Kini saya tahu, Surga ternyata punya cabang di Maluku Utara. Letaknya di Pulau Seram. Ora Beach Resort namanya.

* Jika Anda ingin berkunjung ke sana, untuk informasi lebih lengkap silahkan klik link ini
 

Ora Beach Resort



Monday, February 11, 2013

#CeritaMaluku : Pantai Ora (Pagi Hari)

Pantai Ora, 24 Januari 2013


Pukul lima subuh. Suara dering alarm membangunkan. 

Segera aku mengangkat tubuh, Menuju teras, aku berjalan.

Ku menengadah ke atas, berharap secercah sinar mentari mulai menyinari pagi.

Namun kutemukan langit gelap disesaki bintang. Terlihat seperti serpihan kaca yang berserakan di angkasa.

Pantai Ora, subuhmu indah. Bagai malam sempurna yang tertunda. 

Kunikmati subuhmu. Sabar ku menanti datangnya mentari.

Satu jam berlalu. Akhirnya cahaya keemasan itu datang. 

Cahaya itu membuat gelap mati terbunuh. Pagi cerah mulai tumbuh.

Kabut dan awan gelap yang kemarin berkuasa, sekarang melarikan diri. Tak sanggup menahan gempuran sinar mentari yang mulai hangat menghampiri.

Pagi itu, tak ada lagi mendung. Hujan pun tak punya nyali untuk berkunjung.

Pagi itu, matahari bertahta. Berkuasa penuh atas cuaca.

Pagi itu, langitmu biru cerah. Dikerumuni gerombolan awan putih.

Pagi itu, lautmu tenang tak diganggu ombak. Warna lautmu mulai bebas dari keruh. Jernih. Biru kehijauan.

Pagi itu, panoramamu penuh warna. Indah memesona.

Penuh senyum aku duduk memandangmu. Aku bahagia.

Di pagi yang indah itu, melalui panoramamu, semesta seolah sedang memberi isyarat.

Semesta seakan berbicara padaku. Akan selalu ada hari yang baru. Hujan dan badai pasti berlalu.

Masa lalu boleh saja kelabu. Namun masa depan tidak akan seperti itu.

Setiap masa kelabu punya batas waktu. Suatu saat, masa cerah nan indah pasti akan datang bertamu.

Melalui keindahanmu, semesta meyakinkan aku. Masa depanku akan sama seperti kondisimu pagi itu.

Masa depanku akan cerah. Bercahaya dan indah.

Terima kasih atas segala pesonamu, Pantai Ora. 

Engkau akan selalu kurindu. Suatu saat, aku akan kembali bertamu.

Menceritakan padamu, betapa cerahnya masa depanku. Betapa indahnya hidupku.

Sampai bertemu di lain waktu, Pantai Ora.


Pantai Ora, Di Sebuah Pagi Yang Cerah