Saturday, May 12, 2012

Ujung Kulon 21-24 April 2011

Berawal Dari Sebuah Pembicaraan
Berawal dari sebuah pembicaraan lewat Yahoo Messenger antara gue dengan seorang teman mengenai keinginan yang menggebu untuk liburan dan menghirup segarnya udara lautan serta melihat pantai yang indah, akhirnya temen gue itu mengirimkan sebuah e-mail  pada akhir Feb 2011 yang isinya paket trip ke Ujung Kulon. Trip ini dijadwalkan tanggal 21-24 April 2011, dengan biaya Rp 750.000,- sudah termasuk biaya penginapan,makan, transportasi dan lain-lain diluar biaya sewa alat snorkelling. Melihat itinerary yang menarik dan calon peserta yang beberapa diantaranya sudah gue kenal dan ditambah informasi dari temen gue yang sudah pernah kesana dan bilang kalau di sana itu pantainya bagus, air lautnya jernih dan banyak pemandangan indah, maka dengan harapan akan melihat pemandangan yang bisa menyenangkan hati dan menghilangkan stress serta bertemu dengan teman-teman baru maka gue memutuskan untuk berpartisipasi dalam trip ini.

Sebelum berangkat, dari H-7 semua peserta diwajibkan minum obat anti malaria, entah itu resochin atau pil kina dan sejenisnya. Alasannya di daerah Ujung Kulon ternasuk daerah endemis malaria, dan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan maka tindakan pencegahan adalah jalan yang terbaik. Pil ini rasanya pahit, walaupun langsung diminum dengan air namun rasa pahitnya tetap tersisa di lidah. Efek lain yang gue rasakan saat minum pil ini untuk pertama kali adalah kepala gue pusing dan badan lemas. Tapi demi mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan maka gue dengan setia mengikuti petunjuk untuk minum obat ini, karena bagaimanapun mencegah itu lebih baik daripada mengobati :)

Hari Pertama (21 April 2011) - Circle K & Perjalanan Darat
Agenda hari pertama adalah meeting point dan perjalanan darat. Meeting point kali ini adalah di Circle K Pancoran sekitar jam 9 malam. Setelah selesai beraktivitas di kantor, gue langsung pulang ke rumah, mandi, ganti baju dan menuju meeting point. Sampai di meeting point tepat waktu, dan bertemu teman gue dan dikenalkan dengan ketua rombongan. Setelah semua peserta berkumpul, akhirnya kami semua masuk ke bus  dan siap berangkat menuju Ujung Kulon tepatnya menuju Desa Sumur. Lama perjalan diperkirakan memakan waktu sekitar 7-8 jam. Berangkat dari Circle K jam 10 malam diperkirakan sampai ke Desa Sumur sekitar pukul 5 pagi. 

Bus yang digunakan adalah bus dengan kapasitas tempat duduk 28 orang ditambah dengan AC. Tempat duduknya cukup sempit dan kurang nyaman dan AC-nya pun kurang dingin. Pertama-tama yang ada di pikiran gue setelah melihat kondisi bus seperti itu adalah tidur gue akan kurang maksimal dan badan gue bakalan rontok sampai disana. Apa boleh buat, gue harus duduk di bus itu selama kurang lebih 8 jam. Kegiatan yang bisa dilakukan di bus adalah ngobrol dan tidur. Setelah ngobrol-ngobrol dan berkenalan dengan peserta lain akhirnya mata pun mulai lelah dan rasa kantuk pun mulai menyerang dan akhirnya gue pun tertidur. 

Seperti yang diperkirakan sebelumnya, tidur gue kurang maksimal. Tidur baru satu jam tiba-tiba terbangun, tidur lagi bangun lagi dan seterusnya. Kondisi jalan cukup macet pada awalnya yaitu di sekitar tol dalam kota hingga jalan tol menuju Merak. Namun setelah itu cukup lancar. Gue tidak terlalu memperhatikan bus ini melewati jalan apa saja, tapi yang gue inget adalah ketika sudah menjelang subuh, bus melewati jalan-jalan yang kondisinya kurang baik. Jalan sempit dan kondisi jalan pun berlubang disertai banyaknya turunan dan tanjakan yang mengakibatkan semua peserta yang tidur terbangun dan sempat membuat beberapa tas yang ditaruh dibelakang berjatuhan. Akhirnya setelah melewati medan yang cukup berat, kami semua tiba di Desa Sumur sekitar pukul 5.30 dengan selamat dan tanpa kekurangan suatu apapun :)

Hari Kedua (22 April 2011) Desa Sumur - Pulau Badul - Taman Jaya - Curug Cikacang
Desa Sumur adalah desa yang berada di tepi laut dan merupakan perkampungan para nelayan. Di desa ini  adalah tempat perahu yang akan kami tumpangi parkir. Sambil menunggu perahu tiba, gue mengamati pemandangan sekitar Desa Sumur. Aktivitas masyarakat sekitar pada hari itu cukup sibuk dan ramai. Melihat nelayan membawa ikan dan menjualnya merupakan salah satu pemandangan umum yang bisa dilihat disana. Banyak sekali perahu-perahu nelayan yang parkir disana. Pantainya tidak indah, kotor penuh dengan sampah dan bau amis. Setelah menunggu dengan sabar, akhirnya perahu yang ditunggu-tunggu datang dan kami pun siap untuk memulai petualangan kami dan tujuan kami yang pertama adalah Pulau Badul.


Sunrise at Desa Sumur ; Photo By Rifel

Desa Sumur ; Photo By Fauzan
Desa Sumur; Photo By Fauzan

Perjalanan menuju Pulau Badul pun dimulai. Berangkat dari Desa Sumur sekitar pukul 7.30, diperkirakan kami akan tiba di Pulau Badul sekitar pukul 8.30-9.00 pagi. Gue sangat menikmati perjalan laut. Gue sangat suka menghirup udara laut dan merasakan tiupan angin laut walaupun dibarengi dengan panas terik matahari. Setelah mengarungi lautan selama kurang lebih satu jam, akhirnya mulai tampak sebuah pulau kecil  yang terletak di tengah laut. Pulau itu adalah Pulau Badul. Pulau ini dikelilingi oleh pasir putih dan air laut yang jernih. Tidak terdapat apa-apa di pulau ini, hanya sedikit pepohonan dan batu karang. Perahu yang kami tumpangi berhenti di tengah dan tidak sandar di tepi pantai. Kami harus berenang untuk bisa sampai ke pulau itu. Perlangkapan snorkeling pun dipasang dan kami menyeburkan diri ke laut dan siap berenang menuju tepi pantai. Sayangnya di sekitar pulau badul ini, pemandangan bawah lautnya sama sekali tidak bisa terlihat. Tempat ini bukan tempat snorkeling yang bagus. Airnya cukup jernih namun keruh karena banyaknya pasir disana. Aktivitas yang paling menyenangkan yang bisa kami lakukan disini adalah berfoto-foto dengan berbagai macam gaya. Di tempat ini, mulai banyak kehebohan terjadi. Ada yang mengarahkan gaya foto dengan menghitung ala intruktur senam :"and one..and two and...three...cheese" ada juga yang mulai jahil main lempar-lemparan pasir dan tidak sedikit yang mencipratkan air.Sesi foto-foto ini sangat menyenangkan dan hasil fotonya pun tidak mengecewakan. Berikut adalah beberapa foto yang kami ambil di Pulau Badul :


Pulau Badul ; Photo By Enda

Pulau Badul ; Photo By Ferico
UKers at Pulau Badul ; Photo By Enda
Ukers at Pulau Badul
Setelah puas berfoto-foto ria, kami segera kembali ke perahu dan bersiap menuju ke tempat tujuan berikutnya. Perahu kami mengarah ke Taman Jaya. Di tempat inilah kami semua akan menginap. Setelah menempuh perjalan sekitar 45 menit dari Pulau Badul akhirnya kami tiba di Taman Jaya adan kami semua akan menginap di rumah Pak Komar. Ada dua rumah yang kami gunakan untuk menginap. Rumah yang pertama menghadap laut dengan kamar mandi di dalam sedangkan rumah yang kedua adalah seperti rumah panggung yang terbuat dari kayu dan cukup nyaman dengan kamar mandi di luar.  Tempat penginapan cukup nyaman dan bersih. Kamar mandi juga cukup bersih walaupun pasti di daerah sekitar pantai air tidak pernah terlalu bersih dan lengket. Setelah kami semua mandi dan bersih-bersih serta beristirahat sejenak, waktu makan siang pun tiba. Makanan yang disediakan menurut gue kurang oke, tapi sangat cukup untuk mengenyangkan perut.


Suasana Makan Siang Di Rumah Pak Komar
Setelah selesai makan siang, aktivitas selanjutnya sudah menunggu yaitu trekking menuju Curug Cikacang. Tidak lama setelah kami semua selesai makan, sebuah truk pick up yang tidak terlalu besar sudah siap menjemput kami. Truk itu adalah alat omprengan kami,yang akan mengantar kami sampai pada tempat tujuan. Mengompreng di truk selalu mengingatkan gue pada masa-masa SMP / SMA dulu, kembali ke masa-masa bandel pada waktu itu :D. Kembali ke truk, ditemani oleh teriknya panas matahari, kami pun berangkat. Perjalanan mengompreng truk ini merupakan perjalanan yang agak sedikit menyiksa. Jalanan menuju ke Cikacang bergelombang dan berlubang dan sebagian berlumpur. Karena yang ditumpangi adalah truk pick up tanpa tempat duduk yang nyaman serta kondisi jalan yang rusak dan bergelombang, maka ini menyebabkan pantat kami tersiksa. Untungnya perjalanan hanya memakan waktu kurang lebih setengah jam, sehingga pantat kami tidak perlu tersiksa lebih lama.


Hati Gembira Walaupun Pantat Menderita :)
Kami sampai di sebuah desa, dimana dari desa itu kami harus berjalan menuju Curug Cikacang. Di temani oleh panasnya terik matahari kami pun berjalan menuju tempat tujuan. Kami harus berjalan menelusuri sawah yang cukup luas. Ternyata tidak semudah yang dibayangkan untuk berjalan menelusuri sawah-sawah. Kami harus berjalan di pinggir sawah, dimana tanahnya tidak rata dan agak berlumpur. Kondisi ini cukup menjebak, terkadang kalau salah memprediksi kondisi tanah, maka kaki pun akan terperangkap ke dalam lumpur. Kesalahan gue pada trip kali ini tidak memakai sendal gunung seperti yang diinformasikan sebelumnya. Akibatnya dengan hanya menggunakan sendal jepit, gue pun agak kesulitan berjalan di medan seperti ini. Sering kali kaki gue menginjak lumpur, dan sendal pun menjadi semakin licin sehingga gue harus sangat berhati-hati agar tidak terjatuh. Karena sangat menghambat dan mengganggu akhirnya gue memutuskan untuk berjalan tanpa menggunakan alas kaki alias "nyeker" dan ternyata sangat membantu.


Menelusuri Sawah Menuju Cikacang ; Photo By Fauzan
Setelah berjalan cukup lama menelusuri sawah dan sungai, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Selama perjalanan gue berharap curug yang dituju ini adalah curug yang bagus, mengingat beratnya medan perjalanan kami. Ternyata apa yang gue lihat tidak seperti apa yang dibayangkan. "Cuman Segini Doang ?!!" Itulah apa yang ada di benak gue setelah menempuh perjalanan yang melelahkan dan cukup menantang, ternyata apa yang kami dapatkan hanya pemandangan yang biasa-biasa saja. Walaupun curug ini tidak seperti yang dibayangkan, kami bisa menikmatinya. Duduk di bebatuan pinggir sungai, merasakan dinginnya dan jernihnya air sungai serta berenang adalah cara kami menikmati curug ini. Setelah menikmati dan beristirahat di curug ini, kami pun harus kembali menuju tempat penginapan, dan rute perjalan yang ditempuh adalah rute yang sama dengan rute perjalanan berangkat. Dapat dibayangkan, bagaimana lelah dan menderitanya perjalan pulang dengan melewati medan yang sama.


Curug Cikacang
Dengan perjuangan yang berat kami pun sampai di desa tempat kami di turunkan dari truk. Dengan truk yang sama pula kami dijemput, dan dengan melewati medan yang sama pula kami diantarkan pulang, dan tentunya pantat kami kembali tersiksa selama perjalanan. Dan akhirnya kami pun sampai kembali di tempat penginapan dengan perasaan letih, lelah, kecewa, senang, gembira, badan pegal, pantat ngilu, kaki lecet dan segala macam perasaan yang campur aduk. Walaupun kecewa melihat curug yang dituju tidak seperti yang dibayangkan, tapi buat gue yang seru justru perjalanan menuju kesana. Gue sangat menikmati proses perjalan dari naik truk yang bikin pantat ngilu, jalan di sawah, nginjek lumpur, dll. "It's the journey that matters, not the destination." Quote tersebut bener banget, bukan tujuannya tapi perjalanan dan prosesnya yang menyenangkan :) Setelah tiba kembali di penginapan, kami pun segera beristirahat dengan menikmati pemandangan sunset di Taman Jaya, mandi dan bersiap untuk makan malam dan acara bebas yang diakhiri oleh tidur dan bersiap untuk menyambut kegiatan selanjutnya besok.


Sunset at Taman Jaya ; Photo By Sydney "Oni"


Hari Ketiga (23 April 2011) Cibom - Tanjung Layar - Pulau Peucang - Handeleum
Jadwal acara di hari yang ketiga ini cukup padat. Trekking di Cibom menuju Tanjung Layar, dilanjutkan snorkeling di sekitar Pulau Peucang, singgah di Pulau Peucang dan setelah itu menuju Handeleum. Jadwal dimulai dari pukul 05.00 pagi untuk mandi, siap-siap dan check out dari Taman Jaya. Sekitar pukul 06.00 pagi kami pun berangkat menuju Cibom meninggalkan Taman Jaya. Perjalan menuju Cibom kira-kira menghabiskan waktu sekitar 2 jam dan sekitar pukul 08.00 kami tiba di tempat tujuan. Kapal sandar di tengah dan tidak sandar di tepi pantai. Kami harus bergantian naik perahu kecil untuk sampai ke pinggir pantai, ada juga sebagian dari kami yang nyebur ke laut dan berenang menuju tepian. Setelah semua sampai di pantai, perjalanan pun segera dimulai. Kami mulai menelusuri daerah Cibom yang konon kabarnya di daerah ini terdapat badak bercula satu yang langka itu. Sebelum menelusuri daerah ini lebih lanjut, tidak lupa kami berfoto di depan sebuah plang di gerbang depan bertuliskan Taman Nasional Ujung Kulon Warisan Dunia - World Heritage.


Ukers at Taman Nasional Ujung Kulon


Perjalanan menuju Tanjung Layar pun dimulai. Kami berjalan melewati hutan dengan berbagai jenis pepohonan yang cukup beragam. Medan yang dilalui tidak seberat perjalanan kami menuju Curug Cikacang. Walaupun tanah cukup basah, tapi tidak terlalu mengganggu perjalan. Di tempat ini gue berharap bakal bertemu dengan badak bercula satu dan melihatnya langsung, dan gue juga berharap tujuan kami kali ini yaitu Tanjung Layar akan menyenangkan dan tidak mengecewakan seperti Curug Cikacang. Di tengah perjalanan kami banyak menemukan jejak kaki badak yang cukup besar. Gue berpikir pasti badak bercula satu itu ada disekitar jejak yang kami temukan, namun belum terlihat tanda-tanda penampakan. Kami pun melanjutkan perjalan kami. Udara di sana cukup segar, dan kami agak sedikit terlindung dari panas karena rimbun dan rindangnya pepohonan di daerah ini. Gue sangat menikkmati trekking di sini. Mungkin agak berlebihan, tapi gue merasa sangat antusias, seperti berada di sebuah scene film perang di sebuah hutan, dengan penuh penasaran apa yang akan gue temui di balik pepohonan dan apa yang akan gue lihat nanti sampai di tujuan.


Setelah berjalan menelusuri hutan, kami sampai pada suatu menara tinggi atau lebih tepatnya mercusuar. Kami beristirahat sejenak di tempat ini. Salah satu dari kami menginformasikan bahwa bangunan ini di jaga oleh satu orang, dan menurutnya orang ini sudah lama menjaga mercusuar ini sendirian. Setelah menghabiskan waktu untuk beristirahat sejenak, kami pu melanjutkan perjalanan. Tidak jauh dari mercusuar ini, kami akhirnya sampai di tempat tujuan yaitu Tanjung Layar. Padang rumput yang luas dan tebing yang menjulang tinggi serta dihiasi oleh birunya air laut merupakan pemandangan yang sangat lezat disantap oleh mata kami. Padang rumput ini kami namakan padang Teletubies, karena luas dan hijau seperti yang terlihat di film anak-anak Teletubies. Kami seperti menemukan harta karun di ujung hutan dan perjalanan kami menelusuri hutan tidak sia-sia, karena apa yang kami lihat sangat menyegarkan mata dan menyenangkan hati. Mengambil gambar dengan berbagai jenis kamera dan dengan menggunakan berbagai jenis ekspresi untuk mengabadikan momen adalah kegiatan kami disini. Berikut adalah beberapa hasil foto di daerah Cibom - Tanjung Layar :


Long Road To Tanjung Layar
Jejak Badak
Padang Teletubies
Tanjung Layar
Tanjung Layar


Setelah kami puas menikmati indahnya pemandangan di Tanjung Layar, kami pun bersiap-siap untuk kembali ke kapal untuk melakukan kegiatan kami selanjutnya. Dalam perjalanan kembali ke kapal, tidak jauh dari Tanjung Layar, ada sebuah tangga yang sudah tidak terawat dan cukup tinggi. Rasa penasaran pun timbul, dan sebagian dari kami memutuskan untuk menaiki tangga tersebut sambil berharap akan menemukan sesuatu yang indah. Sebagian dari kami yang lain memutuskan untuk tidak ikut ke atas karena ternyata mereka sudah kesana sebelumnya. Perjalan menuju ke atas melalui tangga yang cukup tinggi dan curam ini ternyata cukup melelahkan. Banyak dari kami yang terlihat kelelahan sesampainya di atas termasuk gue. Ada sebuah puing-puing bekas bangunan, sepertinya bangunan ini dulunya adalah sebuah bangunan Belanda. Tidak ada sesuatu yang menarik diatas sana, hanya ada sebuah jurang, dimana dari sana kami bisa melihat Tanjung Layar dari ketinggian. Namun pemandangan ini menurut gue biasa saja dan tidak ada yang istimewa.


Tapi tempat ini menjadi sangat berkesan buat kami, karena di tempat ini ada kejadian yang sangat menegangkan dan sempat membuat kami semua yang ke atas khawatir dan was-was. Kejadian ini berawal ketika kami sedang menikmati pemandangan Tanjung Layar dari tepi jurang tersebut. Tiba-tiba salah seorang dari kami menjatuhkan kacamata yang ditaruh diatas kepalanya tanpa disengaja. Kacamata itu tersangkut di ranting pepohonan yang ada di bawah. Kami semua berpikir bahwa kacamata mata itu adalah kacamata biasa dan kami pun bilang kepada kawan kami yang memiliki kacamata tersebut agar merelakan saja kacamatanya itu, toh berapa sih harganya? Namun ternyata dia tidak merelakan begitu saja. Kami semua pun dibuat bingung karena risiko untuk mengambil kacamata tersebut cukup besar dan jika salah perhitungan bisa berakibat fatal. Kami semua bertanya-tanya, mengapa kawan kami itu tidak merelakan kacamatanya dan berusaha mengambilnya mati-matian.


Pertanyaan kami pun terjawab, ternyata kacamata itu dibeli dari luar negeri  dengan harga yang cukup mahal sekitar Rp 4 juta dan memiliki kenangan tersendiri sehingga dia berusaha  mati-matian untuk menyelamatkan kacamata tersebut. Gue bisa menerima alasannya, tapi apakah Rp 4 juta itu sebanding dengan nyawa? karena jika terjatuh dari tempat itu, maka hampir dapat dipastikan bahwa nyawa akan melayang. Singkat cerita, dengan penuh keberanian, ketua rombongan kami mencoba mengambil kacamata itu. Cukup menegangkan, karena tanah yang dipijak tidak cukup kuat dan terlihat mudah goyang. Kami pun hanya bisa berdoa dengan wajah penuh dengan kecemasan. Setelah berusaha dengan sebisa mungkin, akhirnya ketua rombongan kami pun menyerah dan kembali naik ke atas.


Kami pun menyarankan kepada kawan kami si pemilik kacamata itu agar merelakan saja kacamatanya itu. Namun, dia belum menyerah, dan akhirnya dia sendiri yang berusaha mengambilnya. Kami dibuat kembali menahan napas dengan penuh rasa khawatir akibat melihat proses pengambilan kacamata itu. Setelah berusaha dengan sekuat tenaga, akhirnya kacamata Rp 4 juta itu dapat diselamatkan oleh pemiliknya sendiri dan kami semua pun bersyukur tidak terjadi apa-apa dalam kejadian ini.


Kacamata 4 Juta



TKP Peristiwa Kacamata


Setelah itu, kami pun berjalan kembali menuju kapal untuk melanjutkan perjalanan kami. Tujuan kami selanjutnya adalah snorkelling di sekitar Pulau Peucang dan singgah di pulau tersebut. Pada perjalanan kembali menuju ke kapal, gue masih berharap untuk dapat melihat badak bercula satu yang pada perjalanan berangkat tidak gue temukan. Namun dalam perjalanan pulang pun gue tidak melihatnya. Menurut guide kami, badak bercula satu ini hanya tinggal tersisa kurang lebih 50 ekor, jadi sudah mulai sulit untuk melihat badak ini berkeliaran dan menurutnya badak ini lebih suka bersembunyi dan lebih menghindari keramaian. Setelah menempuh perjalan yang cukup melelahkan, akhirnya kami sampai di kapal dan siap untuk melanjutkan perjalanan kami menuju Pulau Peucang.


Pulau Peucang pada hari itu tampak ramai dikunjungi wisatawan. Dermaga terlihat ramai dipenuhi oleh kapal-kapal yang parkir. Cukup banyak juga terlihat juga wisatawan mancanegara, terutama yang berasal dari Jepang. Pulau Peucang dikelilingi oleh air laut yang sangat jernih. Pantainya pun cukup landai dan bersih. Sebelum kami singgah di Pulau Peucang, kegiatan kami adalah menikmati keindahan bawah laut di sekitar pulau itu. Setelah berputar-putar akhirnya kapal kami menemukan titik snorkeling yang akan kami nikmati. Kami pun segera bersiap dengan peralatan kami dan setelah itu langsung menyeburkan diri kami ke laut. Pemandangan bawah laut cukup indah dan sangat menyegarkan mata. Cukup banyak jenis ikan dan karang-karang yang indah terlihat disini. Berikut adalah pemandangan bawah laut di sekitar Pulau Peucang :
Photo By Ferico
Photo By Ferico










All Photos by Ferico
Setelah puas melihat pemandangan bawah laut di sekitar Pulau Peucang, kami selanjutnya berenang menuju tepi pantai dan menikmati pantai dan Pulau Peucang. Pada awal rencana kami sebelum trip ini dilaksanakan, sebenarnya kami ingin menginap di pulau ini, namun karena semua tempat penginapan di pulau ini sudah penuh, maka kami pun mengubah rencana kami. Di dalam pulau ini terlihat tempat penginapan yang cukup besar, dan ditengahnya terdapat padang rumput yang cukup luas dimana banyak rusa yang berkeliaran disana. Selain rusa, tampak juga terlihat babi hutan dan biawak. Setelah melihat-lihat di sekitar tempat penginapan, kami pun bermain-main di pinggir pantai dan menikmatinya. Pantainya sangat menyenangkan, pasirnya putih, airnya jernih dan pantai ini adalah tempat yang sangat tepat untuk bersantai dan rasanya tidak ingin beranjak dari tempat ini. Rasanya hanya ingin tidur-tiduran sambil merasakan tiupan angin laut atau hanya ingin memandangi birunya lautan sambil menghirup segarnya udara laut. Buat gue, bersantai di pantai seperti ini adalah obat yang ampuh untuk menghilangkan stress dan melupakan beratnya hidup dan dapat membuat hati damai.


Pulau Peucang


Rusa Pulau Peucang
Rusa dan Babi Hutan
Biawak Pulau Peucang
Pantai di Sekitar Pulau Peucang
Setelah menikmati Pulau Peucang dan sekitarnya, kami pun harus pamit dan meninggalkan pulau ini. Perjalanan kami selanjutnya adalah menuju ke tempat penginapan kami di Handeleum. Perjalan kami menuju Handeleum dari Pulau Peucang ternyata memakan waktu yang cukup lama yaitu selama dua jam atau lebih. Angin laut yang sepoi-sepoi menyejukan, langit senja yang menawan serta seribu bintang di langit adalah sesuatu yang menakjubkan yang dapat kami nikmati selama perjalan. Berbincang-bincang, bergurau dan berusaha mengenal para peserta trip yang lain selama perjalanan membuat kami semua semakin akrab dan membuat suasana semakin ceria dan menyenangkan. Selalu menyenangkan untuk dapat berbagi cerita dan tawa dengan teman-teman baru.
Langit Senja Selama Perjalan Menuju Handeleum ; Photo By Sidney "Oni"


Setelah kurang lebih dua jam perjalan, akhirnya kami sampai di Handeleum tempat penginapan kami. Tempat penginapan ini cukup menarik, kami berada di tengah pulau dengan banyak pohon rindang dan banyak sekali rusa di sekitar penginapan kami. Setelah kami semua mandi dan makan malam, selanjutnya kami berbaur dan berusaha mangakrabkan diri satu dengan lainnya. Memberi makan rusa di sekitar penginapan kami malam itu adalah salah satu kegiatan favorit malam itu. Selain itu ada yang masak cemilan, ada yang main kartu dan ada juga sebagian dari kami yang bermain tebak judul lagu. Ada juga sebagian dari kami yang berjalan-jalan di sekitar penginapan dan bermain kembang api membuat suasana malam itu semakin meriah. Malam itu benar-benar membuat kami semakin akrab dan dekat satu sama lain. Setelah sangat menikmati hari yang ketiga ini, akhirnya kami semua menuju tempat tidur masing-masing dan beristirahat untuk mengumpulkan energi agar kembali fit untuk melakukan kegiatan terakhir di besok hari.


Hari Keempat (24 April 2011) Handeleum - Cigenter - Sumur - Jakarta
Tidak terasa kami sudah memasuki hari yang keempat. Bangun sekitar pukul 06.30 pagi, kami langsung menyantap sarapan yang sudah disediakan. Setelah sarapan, kami bersantai sejenak di teras penginapan sambil menghirup segarnya udara pagi serta menikmati pemandangan sekitar Handeleum. Kami mempunyai dua opsi untuk kegiatan kami di hari keempat ini. Opsi kami yaitu snorkeling di sekitar Handeleum atau kanoing di Cigenter. Setelah kami bersdiskusi, akhirnya dilakukan voting untuk kegiatan hari keempat dan berdasarkan hasil voting, kami semua akhirnya sepakat untuk kanoing di Cigenter dengan biaya tambahan Rp 50.000 per orang. Setelah sepakat kami pun segera bersiap-siap dan merapihkan barang-barang dan segala bawaan kami karena setelah kanoing kami akan check out dari penginapan dan segera kembali ke Jakarta.


Pemandangan Pagi di Handeleum


Setelah semua siap kami semua menuju perahu kami untuk diantarkan ke Cigenter. Tidak lama setelah kami naik ke kapal, ada lima buah kano beserta guide-nya yang telah disiapkan untuk kami. Satu kano diisi oleh lima sampai enam orang. Setelah kapal membawa kami sampai di Cigenter, kami pun menuju kano kami masing-masing dan siap untuk berpetualang menelusuri sungai Cigenter.


Perjalanan kami dimulai dari tepi laut dimana warna air masih terlihat biru kehijauan menuju ke muara sungai dimana air sudah mulai keruh dan kami pun memasuki area Cigenter. Gue sangat antusias di tempat ini. Sebelumnya gue belum pernah melihat pemandangan seperti ini. Menelusuri sungai dengan pemandangan hutan di samping kiri dan kanan entah kenapa sangat membuat gue bersemangat. Mendayung kano sambil menghirup segarnya udara disana dan menikmati pemandangan sekitar yang menawan serta ditemani oleh merdunya kicauan burung-burung sangat membuat hati gue tentram dan damai.


Setelah melihat pemandangan seperti itu, hal yang ada di benak gue adalah kemungkinan bertemu dengan hewan-hewan jenis reptil seperti ular,buaya,biawak dan lainnya. Dan ternyata apa yang gue pikirkan menjadi kenyataan. Biawak kecil terlihat di sisi kanan gue, terlihat biawak tersebut sedang mencari makan. Tak lama setelah melihat biawak, hati pun mendadak agak cemas namun bersemangat dan jantung mulai sedikit berdebar ketika kami semua melihat ular yang sedang tidur memeluk batang pohon dengan nyenyak tepat berada di atas kepala kami. Yang ada dipikiran gue pada ssat itu adalah bagaimana jika tiba-tiba ular itu jatuh di kano gue? pasti akan terjadi kepanikan yang dashyat. Namun guide kami coba menenangkan kami dengan memberi tahu bahwa tidak perlu khawatir jika hal itu terjadi, karena menurutnya ular tersebut tidak menggangu dan jika memang itu terjadi jangan panik, karena dia siap untuk membantu. Tapi untungnya hal tersebut tidak terjadi, dan kami pun tidak harus bergelut dengan ular dan bisa melanjutkan perjalanan dengan sedikit lebih tenang walaupun masih ada sedikit perasaan cemas.


Menelusuri sungai ini ternyata hanya sampai pada suatu titik, dan tidak sampai ujung muaranya. Menurut guide kami, tidak mungkin untuk melanjutkan kesana karena medan yang cukup berat dan cukup berbahaya. Akhirnya kami semua memutar kano kami dan menuju kembali ke perahu. Pada perjalanan kembali, ada dua perahu dari kami yang berlomba kano. Kano mereka pun melaju cepat meninggalkan yang lain sampai tidak terlihat dan hanya terdengar suara keriangan mereka saja. Sementara dua kano tersebut sibuk berlomba, kano gue dan yang lain singgah sebentar ke tepian untuk melihat banteng. Setelah kano kami parkir, kami pun berjalan sedikit dan menemukan sebuah padang rumput yang luas, dan tampak dari kejauhan ada tiga atau empat ekor banteng yang sedang berkumpul. Tidak lama kami disini dan setelah itu kami pun mendayung kano kami dan kembali ke perahu untuk kembali menuju ke tempat penginapan di Handeleum.


Perairan Sekitar Cigenter
Sungai Cigenter



Menelusuri Sungai Cigenter
Ular!


Banteng di Cigenter


Tiba kembali di Handeleum dari Cigenter, kami pun langsung mengepak dan membereskan barang-barang kami. Setelah manyantap makan siang, kami pun harus pamit dan meninggalkan Handeleum untuk menuju ke desa Sumur sebelum kami kembali ke rumah kami di Jakarta. Kami segera menuju perahu dan berpamitan dengan Ujung Kulon dan menuju ke Desa Sumur. Perjalan pulang adalah perjalan yang paling tidak menyenangkan. Dengan lelah dan sadar bahwa liburan telah usai dan aktivitas harian sudah menanti di esok hari membuat badan ini rasanya sangat malas untuk bergerak. Semua dari kami pun terlihat sudah kurang bersemangat. Tidur adalah kegiatan yang paling efektif untuk membunuh rasa malas dan kurang bersemangat.
Perjalanan memakan waktu cukup lama dan kami pun sempat kehujanan di tengah jalan, yang tentunya membuat baju kami basah kuyup karena tidak memperkirakan akan terjadi hujan sebelumnya. Setelah melalui perjalanan yang melelahkan dan sempat kehujanan akhirnya kami sampai di Desa Sumur dan beristirahat sejenak sebelum kami masuk ke bus kami yang sudah siap menjemput dan akan mangantar kami kembali ke Jakarta.


Perjalanan menuju kembali ke Jakarta pun dimulai, dan kami pun sepertinya akan melewati jalur yang sama ketika berangkat. Kami berangkat menuju Jakarta sekitar pukul 15.00. Pada awalnya perjalanan cukup normal walaupun desertai dengan hujan yang cukup deras, kami masih bisa menikmati perjalanan. Bagi yang tidak tidur mereka bisa menonton film yang diputar di bus, dan bagi yang lelah tentunya bisa tidur. Tapi semuanya itu ternyata tidak berjalan mulus, di tengah perjalanan ac di bus kami mengalami kerusakan dan setelah berusaha untuk memperbaikinya ternyata supir dan kondekturnya tidak berhasil untuk membuat ac berfungsi kembali.


Dengan ac yang tidak berfungsi, membuat kondisi bus berubah menjadi tidak nyaman dan tentunya panas dan sesak. Kondisi seperti itu yang harus kami hadapi selama perjalan pulang, cukup menyiksa memang tapi tidak ada lagi yang bisa kami lakukan selain bersabar.  Kami hanya bisa bernapas lega sejenak ketika pada saat bus kami mengisi bensin dan berhenti untuk makan malam. Dengan bersabar selama perjalanan panjang karena kurang nyamannya kondisi di bus yang disebabkan oleh tidak berfungsinya ac akhirnya kami semua sampai di Jakarta tepatnya di Circle K Pancoran dengan selamat dan tanpa kekurangan suatu apapun.


Secara keseluruhan, pemandangan yang dapat dilihat disana dapat menghibur mata dan hati. Ujung Kulon merupakan tempat yang mengasyikan untuk berpetualang. Tempat yang tepat untuk melepas penat. Tempat dimana lautan terlihat cantik dan menawan. Tempat yang tepat untuk berbagi canda tawa dan segala macam bentuk kegembiraan.  


Bertemu teman-teman baru dan pergi ke tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya adalah pengalaman yang menyenangkan dan selalu membuat kecanduan. Pada trip ini, entah kenapa membuat gue lebih bersyukur dari sebelumnya. Melihat para nelayan di pantai, petani yang sedang bertani di siang bolong, dan melihat segala macam bentuk kehidupan yang ada disana membuat gue sangat bersyukur atas apa yang gue punya sekarang. Gue bersyukur gue lebih beruntung daripada orang-orang yang hidup disana. Gue bersyukur masih punya kesempatan menikmati keindahan alam Indonesia, bersyukur bisa melihat hal-hal yang belum pernah gue lihat sebelumnya, dan bersyukur bisa bertemu dengan teman-teman baru yang baik dan menyenangkan. Dan yang paling penting gue bersyukur atas semua kebaikan Tuhan dalam hidup gue.


It Was a Wonderful Trip With a Wonderful People and I'm Grateful For That. Thank You God For Your Kindness.


Cheers
-Rifel-

2 comments: