Thursday, April 25, 2013

#CeritaMaluku : Ambon, Sebuah Kota yang Manis

Kota Ambon

Begitu mendengar kata "Ambon", maka kata selanjutnya yang terpikir dalam benak saya adalah "Manise". Ambon Manise, begitu orang-orang menyebut ibukota Maluku itu. Ambon memang manis, setidaknya itu yang saya rasakan ketika berkunjung ke kota yang sebagian besar daratannya dikepung oleh lautan, Januari yang lalu.

Kemanisan Ambon dapat seketika terasa saat melihat para warganya tersenyum. Ya, mereka terlihat sangat manis saat  meregangkan bibir melebar hingga memamerkan deretan gigi-gigi putih mereka. Senyum mereka luar biasa manis, memancarkan keceriaan dan keramahan dan sanggup menularkan kebahagiaan. Keramahan mereka membuat saya merasa nyaman dan damai, rasanya seperti di rumah.

Hal ini sangat berlawanan dengan di Jakarta, di mana kata "Ambon" dikonotasikan dengan sesuatu yang menyeramkan, mengerikan dan hal negatif lainnya. Di Jakarta, Ambon identik dengan preman, tindak kriminal dan hal-hal jelek lainnya. Karena image negatif itu, bertemu dengan orang Ambon di Jakarta mungkin adalah sesuatu yang ingin dihindari oleh sebagian banyak orang. Sangat disayangkan memang, padahal di daerah asalnya warga Ambon adalah orang-orang yang ramah, baik dan punya rasa kekeluargaan tinggi.

Ambon adalah sebuah kota kecil yang penuh dengan daya tarik dan keunikan. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menikmati kota yang belum punya jalur kereta dan jalan tol ini. Yang pertama tentunya dengan berkeliling kota. Ambon adalah sebuah kota kecil, yang bisa diputari dengan sekejap. Di Ambon, mungkin langit menjadi bagian bumi yang paling bahagia, karena di sana tidak ada gedung-gedung megah yang mencakarnya. Bangunan paling mewah dan megah di kota Ambon adalah kantor Gubernur yang kira-kira tingginya tidak lebih dari sepuluh lantai. 

Bangunan yang mendominasi Ambon adalah Gereja dan Mesjid yang sangat banyak jumlahnya dan tidak sedikit yang letaknya berdampingan. Ini menjadi simbol bahwa di Ambon, warganya dapat hidup berdampingan dengan segala perbedaan, meskipun mereka sempat terprovokasi dan mengakibatkan kerusuhaan besar pada tahun 1999 yang lalu. 

Jika Anda mulai lelah dan ingin duduk santai sejenak untuk sekedar minum kopi, berkunjunglah ke Sibu-Sibu Cafe. Sekilas kedai ini hanya seperti kedai kopi biasa pada umumnya, namun atmosfir dan nuansa Ambon yang kental membuatnya menjadi kedai kopi yang spesial.

Dinding kedai itu penuh sesak oleh foto-foto putra-putri terbaik Maluku (baik yang asli maupun keturunan) yang berprestasi. Hampir semua foto musisi dalam negeri bahkan luar negeri asal Ambon tergantung di sana. Wajah-wajah seperti Broery Pesolima, Ruth Sahanya, Gelnn Fredly, Daniel Sahuleka, Giovanni van Bronchorst dan banyak atlet, artis, dan model asal Belanda keturunan Maluku menghiasi dinding kedai itu.

Menunya yang ditawarkan pun istimewa. Kopi rarobang dan kopi areng yang ditaburi kenari gurih adalah sesuatu yang wajib dicicipi oleh peminum kopi. Mereka juga menyediakan makanan khas Indonesia Timur seperti pulut unti, lopis pulut, nasi kelapa dan masih banyak lagi. Favorit saya adalah roti panggangnya yang dilumeri telur dan dipanggang dengan sempurna, sangat pas untuk menemani sore. 

Hal lain yang harus dinikmati dari Ambon sudah pasti adalah pantainya. Ambon memiliki banyak pantai dengan kualitas pemandangan seindah surga dan belum banyak dijamah manusia.

Pantai Natsepa salah satunya. Pantai yang berjarak kurang lebih 20 menit dari pusat kota Ambon ini adalah sebuah pantai komersil yang terbuka untuk umum. Airnya jernih, pasirnya putih, tenang dan cocok untuk berenang atau sekedar berkecipak kecipuk main air di pinggir pantai. Namun hal yang paling asik untuk dinikmati di Natsepa adalah makan rujak. Rujak? Di Ambon? Ya, rujak Ambon, khususnya yang dijual di sepanjang Natsepa adalah rujak yang sangat enak. Buahnya segar, bumbunya kental meresap hingga ke lapisan dalam buah, disertai dengan potongan kacang yang kasar membuat rujak ini punya kualitas istimewa. 

Pantai Natsepa

Hampir setengah jam dari Natsepa, Anda bisa menemukan sebuah pantai dengan keindahan yang luar biasa. Pantai Liang namanya. Pantai yang panjang membentang ini begitu indah, terutama warna biru lautnya yang sangat menyegarkan mata dan bahkan sanggup menghapus dahaga tanpa harus meminumnya. Pantai Liang adalah pantai dambaan semua penikmat pantai. Sebuah pantai mewah yang belum banyak terjamah dan wajib untuk dikunjungi.

Tak jauh dari Liang, jika Anda suka dengan aktivitas bawah laut, maka Anda bisa main ke Pulau Pombo. Di sekitar Pulau itu, pemandangan alam bawah lautnya tak kalah indahnya dengan tempat lain di Indonesia bahkan di dunia. Menurut David dan Jana, dua orang kenalan saya asal Eropa yang tinggal di Ambon dan punya banyak pengalaman menyelam di seluruh dunia, alam bawah laut Pulau Pombo adalah salah satu yang terbaik.

Banyak pantai lain yang bisa dikunjungi di Ambon. Pantai Santai, Pantai Pintu Kota, Pantai Hukurila dan pantai lainnya yang belum sempat saya kunjungi dan saya yakin punya pesona dan keunikan sendiri.

Untuk menutup hari, tak ada yang lebih sempurna dengan makan malam hidangan laut. Dan pilihan saya ketika itu adalah Rumah Makan Dedes di Ambon, yang terletak di jalan Sultan Babullah, tak jauh dari Mesjid Raya Al-Fatah, Mesjid terbesar di Ambon. Rumah Makan Dedes menyajikan berbagai macam hidangan laut yang segar, dimana Anda bisa memilih sendiri ikannya. Menu favorit saya adalah Ikan sikuda goreng kering yang disajikan dengan 5 jenis pilihan sambal. Rasa ikannya segar, gorengannya garing dan tidak berminyak, ditambah dengan sambal dabu-dabu, sambal merah dan sambal kacang menu ini menjadi menu spesial yang sanggup menghibur lidah. 

Ambon itu memang cantik, menawan, menarik dan punya sejuta pesona. Kini saya tahu mengapa kata "Manise" selalu menempel setelah kata Ambon. Ambon memang sebuah kota yang indah, kota yang menyenangkan, kota yang manis. 

No comments:

Post a Comment