Berawal Dari Sebuah Pembicaraan
Berawal
dari sebuah pembicaraan lewat Yahoo Messenger antara gue dengan seorang
teman mengenai keinginan yang menggebu untuk liburan dan menghirup
segarnya udara lautan serta melihat pantai yang indah, akhirnya temen
gue itu mengirimkan sebuah e-mail pada akhir Feb 2011 yang isinya paket
trip ke Ujung Kulon. Trip ini dijadwalkan tanggal 21-24 April 2011,
dengan biaya Rp 750.000,- sudah termasuk biaya penginapan,makan,
transportasi dan lain-lain diluar biaya sewa alat snorkelling. Melihat
itinerary yang menarik dan calon peserta yang beberapa diantaranya sudah
gue kenal dan ditambah informasi dari temen gue yang sudah pernah
kesana dan bilang kalau di sana itu pantainya bagus, air lautnya jernih
dan banyak pemandangan indah, maka dengan harapan akan melihat
pemandangan yang bisa menyenangkan hati dan menghilangkan stress serta
bertemu dengan teman-teman baru maka gue memutuskan untuk berpartisipasi
dalam trip ini.
Sebelum
berangkat, dari H-7 semua peserta diwajibkan minum obat anti malaria,
entah itu resochin atau pil kina dan sejenisnya. Alasannya di daerah
Ujung Kulon ternasuk daerah endemis malaria, dan untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan maka tindakan pencegahan adalah jalan yang
terbaik. Pil ini rasanya pahit, walaupun langsung diminum dengan air
namun rasa pahitnya tetap tersisa di lidah. Efek lain yang gue rasakan
saat minum pil ini untuk pertama kali adalah kepala gue pusing dan badan
lemas. Tapi demi mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan maka
gue dengan setia mengikuti petunjuk untuk minum obat ini, karena
bagaimanapun mencegah itu lebih baik daripada mengobati :)
Hari Pertama (21 April 2011) - Circle K & Perjalanan Darat
Agenda
hari pertama adalah meeting point dan perjalanan darat. Meeting point
kali ini adalah di Circle K Pancoran sekitar jam 9 malam. Setelah
selesai beraktivitas di kantor, gue langsung pulang ke rumah, mandi,
ganti baju dan menuju meeting point. Sampai di meeting point tepat
waktu, dan bertemu teman gue dan dikenalkan dengan ketua rombongan.
Setelah semua peserta berkumpul, akhirnya kami semua masuk ke bus dan
siap berangkat menuju Ujung Kulon tepatnya menuju Desa Sumur. Lama
perjalan diperkirakan memakan waktu sekitar 7-8 jam. Berangkat dari
Circle K jam 10 malam diperkirakan sampai ke Desa Sumur sekitar pukul 5
pagi.
Bus
yang digunakan adalah bus dengan kapasitas tempat duduk 28 orang
ditambah dengan AC. Tempat duduknya cukup sempit dan kurang nyaman dan
AC-nya pun kurang dingin. Pertama-tama yang ada di pikiran gue setelah
melihat kondisi bus seperti itu adalah tidur gue akan kurang maksimal
dan badan gue bakalan rontok sampai disana. Apa boleh buat, gue harus
duduk di bus itu selama kurang lebih 8 jam. Kegiatan yang bisa dilakukan
di bus adalah ngobrol dan tidur. Setelah ngobrol-ngobrol dan berkenalan
dengan peserta lain akhirnya mata pun mulai lelah dan rasa kantuk pun
mulai menyerang dan akhirnya gue pun tertidur.
Seperti
yang diperkirakan sebelumnya, tidur gue kurang maksimal. Tidur baru
satu jam tiba-tiba terbangun, tidur lagi bangun lagi dan seterusnya.
Kondisi jalan cukup macet pada awalnya yaitu di sekitar tol dalam kota
hingga jalan tol menuju Merak. Namun setelah itu cukup lancar. Gue tidak
terlalu memperhatikan bus ini melewati jalan apa saja, tapi yang gue
inget adalah ketika sudah menjelang subuh, bus melewati jalan-jalan yang
kondisinya kurang baik. Jalan sempit dan kondisi jalan pun berlubang
disertai banyaknya turunan dan tanjakan yang mengakibatkan semua peserta
yang tidur terbangun dan sempat membuat beberapa tas yang ditaruh
dibelakang berjatuhan. Akhirnya setelah melewati medan yang cukup berat,
kami semua tiba di Desa Sumur sekitar pukul 5.30 dengan selamat dan
tanpa kekurangan suatu apapun :)
Hari Kedua (22 April 2011) Desa Sumur - Pulau Badul - Taman Jaya - Curug Cikacang
Desa
Sumur adalah desa yang berada di tepi laut dan merupakan perkampungan
para nelayan. Di desa ini adalah tempat perahu yang akan kami tumpangi
parkir. Sambil menunggu perahu tiba, gue mengamati pemandangan sekitar
Desa Sumur. Aktivitas masyarakat sekitar pada hari itu cukup sibuk dan
ramai. Melihat nelayan membawa ikan dan menjualnya merupakan salah satu
pemandangan umum yang bisa dilihat disana. Banyak sekali perahu-perahu
nelayan yang parkir disana. Pantainya tidak indah, kotor penuh dengan
sampah dan bau amis. Setelah menunggu dengan sabar, akhirnya perahu yang
ditunggu-tunggu datang dan kami pun siap untuk memulai petualangan kami
dan tujuan kami yang pertama adalah Pulau Badul.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0USFAhCLCaqjCF0eLcxuoONYhy6dxgh3cKAVbUSfzXfDDzRVGxh_-cT3OsQjnpTdY-uSP7i4O_ooTJlXq8KIHXL-NpS_5h51mzvhyhxBoarq5EpplWLUHzxW2s1Q_fhc8NSKAsSE4MA0/s320/22.jpg) |
Sunrise at Desa Sumur ; Photo By Rifel |
|
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzLNFx9v1pin2TJ-6kAOPTgeKbfbFXSi6UIM3hQcclYk8z0scdvIXqPj9lt__OSLC06rkiuzgofgL3SUQhBuvZZhg_Vi2z5Ml8zhZNP7unCSj0zUPGXf03tjGETnj6KsybpLVQMXtBnbw/s320/5a.jpg) |
Desa Sumur ; Photo By Fauzan |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuIuwT6aRurL6i1l5VA0LV2MEbeOZsr7w6BpfyqytCqXndfK0muKs8ZVPgBSbHNPIb_Ji91HOFewPl-WJzrP74NYHmB97pff2GyYV9jQ07Xi-6GUGScXERXIVPeXWzYIQKQ-sVfH7W51E/s320/6a.jpg) |
Desa Sumur; Photo By Fauzan |
Perjalanan menuju
Pulau Badul pun dimulai. Berangkat dari Desa Sumur sekitar pukul 7.30,
diperkirakan kami akan tiba di Pulau Badul sekitar pukul 8.30-9.00 pagi.
Gue sangat menikmati perjalan laut. Gue sangat suka menghirup udara
laut dan merasakan tiupan angin laut walaupun dibarengi dengan panas
terik matahari. Setelah mengarungi lautan selama kurang lebih satu jam,
akhirnya mulai tampak sebuah pulau kecil yang terletak di tengah laut.
Pulau itu adalah Pulau Badul. Pulau ini dikelilingi oleh pasir putih dan
air laut yang jernih. Tidak terdapat apa-apa di pulau ini, hanya
sedikit pepohonan dan batu karang. Perahu yang kami tumpangi berhenti di
tengah dan tidak sandar di tepi pantai. Kami harus berenang untuk bisa
sampai ke pulau itu. Perlangkapan snorkeling pun dipasang dan kami
menyeburkan diri ke laut dan siap berenang menuju tepi pantai. Sayangnya
di sekitar pulau badul ini, pemandangan bawah lautnya sama sekali tidak
bisa terlihat. Tempat ini bukan tempat snorkeling yang bagus. Airnya
cukup jernih namun keruh karena banyaknya pasir disana. Aktivitas yang
paling menyenangkan yang bisa kami lakukan disini adalah berfoto-foto
dengan berbagai macam gaya. Di tempat ini, mulai banyak kehebohan
terjadi. Ada yang mengarahkan gaya foto dengan menghitung ala intruktur
senam :"and one..and two and...three...cheese" ada juga yang
mulai jahil main lempar-lemparan pasir dan tidak sedikit yang
mencipratkan air.Sesi foto-foto ini sangat menyenangkan dan hasil
fotonya pun tidak mengecewakan. Berikut adalah beberapa foto yang kami
ambil di Pulau Badul :
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjR7d1OZ7RS9R7dBpT2a3GpHeU-UWWl-ivOZ1QOfZ-nu0l3aRWkXcBUvQFhxrb5JLXZJ1aU7XOJvChjh2H6MVLRKZy0pCKeQ3NyeedhyFJ2A7PprbO4qjvDnAKGjGo0AY2OMBOUOuv6keI/s320/4a.jpg) |
Pulau Badul ; Photo By Enda |
|
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisej00cnViWfXShxCsl3YUCoqhiM-E8hTdggw70r2hokTn5hELVZ8ElnhxyBK78xImqts9sj9w4OdBWL_o5_QKCf_y2XzadtTq9zIEytSmxn79wBiq7pS0dwrw12HO5QjkUsTs6dAtmBo/s320/20.jpg) |
Pulau Badul ; Photo By Ferico |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBBmbZ8vg4m5rFID-8fA-Kv9noZ1GcBdQpBdlKDdtwdjlwD6E19fv0p9NKCdeLUH3K83VQiBy-44qmwJ2HifuNvwimVOya5VpQ5E8nu9fbWPfkrfNk4qTNBFXc0TskkxqCKtjTBHjsaJo/s320/18a.jpg) |
UKers at Pulau Badul ; Photo By Enda |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9qRU_lGA7lGg7pLK90OjRMHKBcZRbkhxujSnX1H_jLRKfSGcC4KlpabJjJLOE5alPjnx_J54EGpPZy-izoaG1RRy7OLuojlNyjKNxnUVduFiAYUNAcZt2fCJjaQG9wes-1eaV8plcGF0/s320/19.jpg) |
Ukers at Pulau Badul |
Setelah puas berfoto-foto ria, kami segera kembali ke
perahu dan bersiap menuju ke tempat tujuan berikutnya. Perahu kami
mengarah ke Taman Jaya. Di tempat inilah kami semua akan menginap.
Setelah menempuh perjalan sekitar 45 menit dari Pulau Badul akhirnya
kami tiba di Taman Jaya adan kami semua akan menginap di rumah Pak
Komar. Ada dua rumah yang kami gunakan untuk menginap. Rumah yang
pertama menghadap laut dengan kamar mandi di dalam sedangkan rumah yang
kedua adalah seperti rumah panggung yang terbuat dari kayu dan cukup
nyaman dengan kamar mandi di luar. Tempat penginapan cukup nyaman dan
bersih. Kamar mandi juga cukup bersih walaupun pasti di daerah sekitar
pantai air tidak pernah terlalu bersih dan lengket. Setelah kami semua
mandi dan bersih-bersih serta beristirahat sejenak, waktu makan siang
pun tiba. Makanan yang disediakan menurut gue kurang oke, tapi sangat
cukup untuk mengenyangkan perut.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTPSUHQgiqihq2UWbsw4DlhVJW4VsZoxb7qZh0VxfUDgyumoFoaPUhxxl5LzTMnwQSOR4uD0pwJgVDXItWl8kNgg_ZfSyqIxaJkqjgJUqY9VpK1ulCcLFHhlPhWFAvX50syL_NVCBTGQU/s320/16a.jpg) |
Suasana Makan Siang Di Rumah Pak Komar |
Setelah selesai makan siang, aktivitas selanjutnya
sudah menunggu yaitu trekking menuju Curug Cikacang. Tidak lama setelah
kami semua selesai makan, sebuah truk pick up yang tidak terlalu besar
sudah siap menjemput kami. Truk itu adalah alat omprengan kami,yang akan
mengantar kami sampai pada tempat tujuan. Mengompreng di truk selalu
mengingatkan gue pada masa-masa SMP / SMA dulu, kembali ke masa-masa
bandel pada waktu itu :D. Kembali ke truk, ditemani oleh teriknya panas
matahari, kami pun berangkat. Perjalanan mengompreng truk ini merupakan
perjalanan yang agak sedikit menyiksa. Jalanan menuju ke Cikacang
bergelombang dan berlubang dan sebagian berlumpur. Karena yang
ditumpangi adalah truk pick up tanpa tempat duduk yang nyaman serta
kondisi jalan yang rusak dan bergelombang, maka ini menyebabkan pantat
kami tersiksa. Untungnya perjalanan hanya memakan waktu kurang lebih
setengah jam, sehingga pantat kami tidak perlu tersiksa lebih lama.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGT3P-5MhAckE4zX5v4AC6I8UUozVUU1ZUSL4fRrJ7NbiSkLa7i6OJ7bjRKB6DspqrcvTsTRVkY8RtgMNctbxwHcClrAKCebem3HUBbTCATPgKULkSFvycUg85bhRx3Jl-9je1PRlLK7A/s320/2a.jpg) |
Hati Gembira Walaupun Pantat Menderita :) |
Kami sampai di sebuah desa, dimana dari desa itu kami
harus berjalan menuju Curug Cikacang. Di temani oleh panasnya terik
matahari kami pun berjalan menuju tempat tujuan. Kami harus berjalan
menelusuri sawah yang cukup luas. Ternyata tidak semudah yang
dibayangkan untuk berjalan menelusuri sawah-sawah. Kami harus berjalan
di pinggir sawah, dimana tanahnya tidak rata dan agak berlumpur. Kondisi
ini cukup menjebak, terkadang kalau salah memprediksi kondisi tanah,
maka kaki pun akan terperangkap ke dalam lumpur. Kesalahan gue pada trip
kali ini tidak memakai sendal gunung seperti yang diinformasikan
sebelumnya. Akibatnya dengan hanya menggunakan sendal jepit, gue pun
agak kesulitan berjalan di medan seperti ini. Sering kali kaki gue
menginjak lumpur, dan sendal pun menjadi semakin licin sehingga gue
harus sangat berhati-hati agar tidak terjatuh. Karena sangat menghambat
dan mengganggu akhirnya gue memutuskan untuk berjalan tanpa menggunakan
alas kaki alias "nyeker" dan ternyata sangat membantu.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYo4uMgS2RJMllfytkDofaepw5BGs8IRnrC9vqRXXVmBBTJlo9-vNehI6kzsMhPY7GI-hwV-al4h-vIwb3g0ziYZ8EO1a8-S1kvRHYlaZeiq_cSY5Wf42jkCPdcCibg9UfthkjoREaZ7o/s320/23.jpg) |
Menelusuri Sawah Menuju Cikacang ; Photo By Fauzan |
Setelah berjalan cukup lama menelusuri sawah dan
sungai, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Selama perjalanan gue
berharap curug yang dituju ini adalah curug yang bagus, mengingat
beratnya medan perjalanan kami. Ternyata apa yang gue lihat tidak
seperti apa yang dibayangkan. "Cuman Segini Doang ?!!" Itulah apa yang
ada di benak gue setelah menempuh perjalanan yang melelahkan dan cukup
menantang, ternyata apa yang kami dapatkan hanya pemandangan yang
biasa-biasa saja. Walaupun curug ini tidak seperti yang dibayangkan,
kami bisa menikmatinya. Duduk di bebatuan pinggir sungai, merasakan
dinginnya dan jernihnya air sungai serta berenang adalah cara kami
menikmati curug ini. Setelah menikmati dan beristirahat di curug ini,
kami pun harus kembali menuju tempat penginapan, dan rute perjalan yang
ditempuh adalah rute yang sama dengan rute perjalanan berangkat. Dapat
dibayangkan, bagaimana lelah dan menderitanya perjalan pulang dengan
melewati medan yang sama.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghdlKUnQjVFmSOI6PQ1ohGlurDjXvx9Zfr1NCzecyfXgbKAjOCqa_U4QSXmYptJAsJO9NwjVzC0jVen0SxmTYs_PfMoKDniNCtiEOjcJ0wKnkOKIKcM5dQzvKKtEm39d7ql1utieRPqeg/s320/24.jpg) |
Curug Cikacang |
Dengan perjuangan yang berat kami pun sampai di desa
tempat kami di turunkan dari truk. Dengan truk yang sama pula kami
dijemput, dan dengan melewati medan yang sama pula kami diantarkan
pulang, dan tentunya pantat kami kembali tersiksa selama perjalanan. Dan
akhirnya kami pun sampai kembali di tempat penginapan dengan perasaan
letih, lelah, kecewa, senang, gembira, badan pegal, pantat ngilu, kaki
lecet dan segala macam perasaan yang campur aduk. Walaupun kecewa
melihat curug yang dituju tidak seperti yang dibayangkan, tapi buat gue
yang seru justru perjalanan menuju kesana. Gue sangat menikmati proses
perjalan dari naik truk yang bikin pantat ngilu, jalan di sawah, nginjek
lumpur, dll. "It's the journey that matters, not the destination."
Quote tersebut bener banget, bukan tujuannya tapi perjalanan dan
prosesnya yang menyenangkan :) Setelah tiba kembali di penginapan, kami
pun segera beristirahat dengan menikmati pemandangan sunset di Taman
Jaya, mandi dan bersiap untuk makan malam dan acara bebas yang diakhiri
oleh tidur dan bersiap untuk menyambut kegiatan selanjutnya besok.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjS9kJx-gC5jxzP_EmynOj2aglBlb5zj4TnSjj7rDlkTdd-2kw8_atVrSGE6fT-6KWkbyEqKjEZx7BKPYVd1_Jv8V4kgvZtk-mOujbwuYcZCNY8kSYhJEQMEiMnIOBtRaAN8zvWfVnqhuQ/s320/1.jpg) |
Sunset at Taman Jaya ; Photo By Sydney "Oni" |
Hari Ketiga (23 April 2011) Cibom - Tanjung Layar - Pulau Peucang - Handeleum
Jadwal
acara di hari yang ketiga ini cukup padat. Trekking di Cibom menuju
Tanjung Layar, dilanjutkan snorkeling di sekitar Pulau Peucang, singgah
di Pulau Peucang dan setelah itu menuju Handeleum. Jadwal dimulai dari
pukul 05.00 pagi untuk mandi, siap-siap dan check out dari Taman Jaya.
Sekitar pukul 06.00 pagi kami pun berangkat menuju Cibom meninggalkan
Taman Jaya. Perjalan menuju Cibom kira-kira menghabiskan waktu sekitar 2
jam dan sekitar pukul 08.00 kami tiba di tempat tujuan. Kapal sandar di
tengah dan tidak sandar di tepi pantai. Kami harus bergantian naik
perahu kecil untuk sampai ke pinggir pantai, ada juga sebagian dari kami
yang nyebur ke laut dan berenang menuju tepian. Setelah semua sampai di
pantai, perjalanan pun segera dimulai. Kami mulai menelusuri daerah
Cibom yang konon kabarnya di daerah ini terdapat badak bercula satu yang
langka itu. Sebelum menelusuri daerah ini lebih lanjut, tidak lupa kami
berfoto di depan sebuah plang di gerbang depan bertuliskan Taman
Nasional Ujung Kulon Warisan Dunia - World Heritage.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ4lhjqTnZKCylhZ4Kw3C8vF6KG6biXTnorNc_O2HpvDJx3nRcTBvxuXOBLND_cl1QxgQ9RtuntbaCjeqJapYSgswofQEbDskdWK310TaLI4FqIS4DiTisTTpofhGxN1ZPZ5WIB4mJ7wY/s320/1.jpg) |
Ukers at Taman Nasional Ujung Kulon |
Perjalanan menuju Tanjung Layar pun
dimulai. Kami berjalan melewati hutan dengan berbagai jenis pepohonan
yang cukup beragam. Medan yang dilalui tidak seberat perjalanan kami
menuju Curug Cikacang. Walaupun tanah cukup basah, tapi tidak terlalu
mengganggu perjalan. Di tempat ini gue berharap bakal bertemu dengan
badak bercula satu dan melihatnya langsung, dan gue juga berharap tujuan
kami kali ini yaitu Tanjung Layar akan menyenangkan dan tidak
mengecewakan seperti Curug Cikacang. Di tengah perjalanan kami banyak
menemukan jejak kaki badak yang cukup besar. Gue berpikir pasti badak
bercula satu itu ada disekitar jejak yang kami temukan, namun belum
terlihat tanda-tanda penampakan. Kami pun melanjutkan perjalan kami.
Udara di sana cukup segar, dan kami agak sedikit terlindung dari panas
karena rimbun dan rindangnya pepohonan di daerah ini. Gue sangat
menikkmati trekking di sini. Mungkin agak berlebihan, tapi gue merasa
sangat antusias, seperti berada di sebuah scene film perang di sebuah
hutan, dengan penuh penasaran apa yang akan gue temui di balik pepohonan
dan apa yang akan gue lihat nanti sampai di tujuan.
Setelah
berjalan menelusuri hutan, kami sampai pada suatu menara tinggi atau
lebih tepatnya mercusuar. Kami beristirahat sejenak di tempat ini. Salah
satu dari kami menginformasikan bahwa bangunan ini di jaga oleh satu
orang, dan menurutnya orang ini sudah lama menjaga mercusuar ini
sendirian. Setelah menghabiskan waktu untuk beristirahat sejenak, kami
pu melanjutkan perjalanan. Tidak jauh dari mercusuar ini, kami akhirnya
sampai di tempat tujuan yaitu Tanjung Layar. Padang rumput yang luas dan
tebing yang menjulang tinggi serta dihiasi oleh birunya air laut
merupakan pemandangan yang sangat lezat disantap oleh mata kami. Padang
rumput ini kami namakan padang Teletubies, karena luas dan hijau seperti
yang terlihat di film anak-anak Teletubies. Kami seperti menemukan
harta karun di ujung hutan dan perjalanan kami menelusuri hutan tidak
sia-sia, karena apa yang kami lihat sangat menyegarkan mata dan
menyenangkan hati. Mengambil gambar dengan berbagai jenis kamera dan
dengan menggunakan berbagai jenis ekspresi untuk mengabadikan momen
adalah kegiatan kami disini. Berikut adalah beberapa hasil foto di
daerah Cibom - Tanjung Layar :
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkOG5Nu1BFQIuTEdTTKStT7E7bOMHVK86uKkj2FOErG75rmopuCWqF8J8XlRmLwXM1zMHV7Upc2pQswod__6zG_CDUYGxtFiTorHi8DQubRFnZzEecdzj1lE-Vb9CKqjPt06lZKYiqjOk/s320/33.jpg) |
Long Road To Tanjung Layar |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf5nAvrgQqMbJUGVeNeofPOTq6z9Raej5vLWSFJHUYkelsz_klJVpWmIo56n1wntO0cdDJZRCqQJCAT3bbCFemJAkTOw_m00BUUCoOoRiAMSeqPb_R4lafP7OhQ2TN123SgUqv0RkJ8a0/s320/34.jpg) |
Jejak Badak |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZD_J_33jLmI7I8MKWqJlPuochhtmHd1Se7zI44GJNYsfarq3_cDXGQoNWjsClfaYE3i65D1aWXD5OSSnkBVgLskKhzAMiw1f7w6gunjfx1vT5gSYREBVMOuOdKkd9A2orD0_rd3Mz7ys/s320/27.jpg) |
Padang Teletubies |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgusAIUvvqEp69TjPELH6Ka9AI46PZImLFZETYxV3UYYed0lLLyz2ff2HqGiI2pEKs6oo31ZZ2ow7_FywZbjHytmCKHgHyauNwLjLbxPYXqcaE3OCSuIxJz1XTE8vSjQsR1RzJP7L13I1Y/s320/26.jpg) |
Tanjung Layar |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMg3Gp18ypnQjxhgcAQLXd9b9I6RRNWJf3d12DkAPZv50JKlfcxuyifdOyuXNNdltAHKy8wSbXiuLdy_0uHPDbQ-Gd2xC_7Kmq1Uvxt-QsUyCPCKWcJxSHPdvSIUVQ6AjqIGguQSfrsAw/s320/35.jpg) |
Tanjung Layar |
Setelah kami puas menikmati indahnya
pemandangan di Tanjung Layar, kami pun bersiap-siap untuk kembali ke
kapal untuk melakukan kegiatan kami selanjutnya. Dalam perjalanan
kembali ke kapal, tidak jauh dari Tanjung Layar, ada sebuah tangga yang
sudah tidak terawat dan cukup tinggi. Rasa penasaran pun timbul, dan
sebagian dari kami memutuskan untuk menaiki tangga tersebut sambil
berharap akan menemukan sesuatu yang indah. Sebagian dari kami yang lain
memutuskan untuk tidak ikut ke atas karena ternyata mereka sudah kesana
sebelumnya. Perjalan menuju ke atas melalui tangga yang cukup tinggi
dan curam ini ternyata cukup melelahkan. Banyak dari kami yang terlihat
kelelahan sesampainya di atas termasuk gue. Ada sebuah puing-puing bekas
bangunan, sepertinya bangunan ini dulunya adalah sebuah bangunan
Belanda. Tidak ada sesuatu yang menarik diatas sana, hanya ada sebuah
jurang, dimana dari sana kami bisa melihat Tanjung Layar dari
ketinggian. Namun pemandangan ini menurut gue biasa saja dan tidak ada
yang istimewa.
Tapi tempat ini menjadi sangat berkesan
buat kami, karena di tempat ini ada kejadian yang sangat menegangkan dan
sempat membuat kami semua yang ke atas khawatir dan was-was. Kejadian
ini berawal ketika kami sedang menikmati pemandangan Tanjung Layar dari
tepi jurang tersebut. Tiba-tiba salah seorang dari kami menjatuhkan
kacamata yang ditaruh diatas kepalanya tanpa disengaja. Kacamata itu
tersangkut di ranting pepohonan yang ada di bawah. Kami semua berpikir
bahwa kacamata mata itu adalah kacamata biasa dan kami pun bilang kepada
kawan kami yang memiliki kacamata tersebut agar merelakan saja
kacamatanya itu, toh berapa sih harganya? Namun ternyata dia tidak
merelakan begitu saja. Kami semua pun dibuat bingung karena risiko untuk
mengambil kacamata tersebut cukup besar dan jika salah perhitungan bisa
berakibat fatal. Kami semua bertanya-tanya, mengapa kawan kami itu
tidak merelakan kacamatanya dan berusaha mengambilnya mati-matian.
Pertanyaan
kami pun terjawab, ternyata kacamata itu dibeli dari luar negeri
dengan harga yang cukup mahal sekitar Rp 4 juta dan memiliki kenangan
tersendiri sehingga dia berusaha mati-matian untuk menyelamatkan
kacamata tersebut. Gue bisa menerima alasannya, tapi apakah Rp 4 juta
itu sebanding dengan nyawa? karena jika terjatuh dari tempat itu, maka
hampir dapat dipastikan bahwa nyawa akan melayang. Singkat cerita,
dengan penuh keberanian, ketua rombongan kami mencoba mengambil kacamata
itu. Cukup menegangkan, karena tanah yang dipijak tidak cukup kuat dan
terlihat mudah goyang. Kami pun hanya bisa berdoa dengan wajah penuh
dengan kecemasan. Setelah berusaha dengan sebisa mungkin, akhirnya ketua
rombongan kami pun menyerah dan kembali naik ke atas.
Kami
pun menyarankan kepada kawan kami si pemilik kacamata itu agar
merelakan saja kacamatanya itu. Namun, dia belum menyerah, dan akhirnya
dia sendiri yang berusaha mengambilnya. Kami dibuat kembali menahan
napas dengan penuh rasa khawatir akibat melihat proses pengambilan
kacamata itu. Setelah berusaha dengan sekuat tenaga, akhirnya kacamata
Rp 4 juta itu dapat diselamatkan oleh pemiliknya sendiri dan kami semua
pun bersyukur tidak terjadi apa-apa dalam kejadian ini.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-cya9VwS2u-SfwzxqarzT2gmblYl5ob76jQZEVFqIQzFZUlsKLm1m3QxUC_4QX7-d2T4_p9jhoz0qQzVDuD6QoiuPZ7z3w7d3ezFg1WbpwspkTVB1JBVDKgLz-K5uichZoJSqgr1Zkwk/s320/29.jpg) |
Kacamata 4 Juta |
|
|
|
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjM9lUe4hJobeAAqbCbruvp4eTS2FYzO0fgF_uH52AukmvLa0ZhossPN9br3GmRWwUMGkQQg0lz7CiSO2s1SG0pK1qRTt7_OCsB7oUHCLQrV2RNrqqtiHXRLX8OgTJal2oonZlohP7E9HY/s320/25.jpg) |
TKP Peristiwa Kacamata |
Setelah itu, kami pun berjalan kembali
menuju kapal untuk melanjutkan perjalanan kami. Tujuan kami selanjutnya
adalah snorkelling di sekitar Pulau Peucang dan singgah di pulau
tersebut. Pada perjalanan kembali menuju ke kapal, gue masih berharap
untuk dapat melihat badak bercula satu yang pada perjalanan berangkat
tidak gue temukan. Namun dalam perjalanan pulang pun gue tidak
melihatnya. Menurut guide kami, badak bercula satu ini hanya tinggal
tersisa kurang lebih 50 ekor, jadi sudah mulai sulit untuk melihat badak
ini berkeliaran dan menurutnya badak ini lebih suka bersembunyi dan
lebih menghindari keramaian. Setelah menempuh perjalan yang cukup
melelahkan, akhirnya kami sampai di kapal dan siap untuk melanjutkan
perjalanan kami menuju Pulau Peucang.
Pulau Peucang
pada hari itu tampak ramai dikunjungi wisatawan. Dermaga terlihat ramai
dipenuhi oleh kapal-kapal yang parkir. Cukup banyak juga terlihat juga
wisatawan mancanegara, terutama yang berasal dari Jepang. Pulau Peucang
dikelilingi oleh air laut yang sangat jernih. Pantainya pun cukup landai
dan bersih. Sebelum kami singgah di Pulau Peucang, kegiatan kami adalah
menikmati keindahan bawah laut di sekitar pulau itu. Setelah
berputar-putar akhirnya kapal kami menemukan titik snorkeling yang akan
kami nikmati. Kami pun segera bersiap dengan peralatan kami dan setelah
itu langsung menyeburkan diri kami ke laut. Pemandangan bawah
laut cukup indah dan sangat menyegarkan mata. Cukup banyak jenis ikan
dan karang-karang yang indah terlihat disini. Berikut adalah pemandangan
bawah laut di sekitar Pulau Peucang :
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKH0RPyutV9d0vC3ciLVeKjHpJYUFbs2WLsu_xQ5B81_c8jQW4rKude457MIrvxFerqpeFKFMx8btlcme1lvKxojkTU6vVNADUWiGIa-jy803IJ9T5yopwCjJoxDJkJKcxAY6p69fB7F8/s320/10.jpg) |
Photo By Ferico |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNzFPgfGA0esN4L-7tzgoMFFM30d-P4rZZ-Dr-eS9B8VO1Ds_VfbLzZJjTi9rbxqPUAhXb-6OxStKvMxXcg_TeZaI0h5-0WPT0MkUubFSOn0Ul6PpfjhyAxTW6rgW_4JRb8a4fJ_ofeuk/s320/11.jpg) |
Photo By Ferico |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirVtYN8ZsPfpu_IAWki6TH04cRxC-yCaGPi3Nay9b8NEWS9wUg2ywBPMYwqoOgznoiWCsZyW6NrfX2_RpqCPfrllPLGbFL_O5KfZi7C5TW4iHoAUWydFq55dI1rxHTYy6ebQYP2v2QjBE/s320/14.jpg) |
All Photos by Ferico |
Setelah puas melihat pemandangan bawah laut di
sekitar Pulau Peucang, kami selanjutnya berenang menuju tepi pantai dan
menikmati pantai dan Pulau Peucang. Pada awal rencana kami sebelum trip
ini dilaksanakan, sebenarnya kami ingin menginap di pulau ini, namun
karena semua tempat penginapan di pulau ini sudah penuh, maka kami pun
mengubah rencana kami. Di dalam pulau ini terlihat tempat penginapan
yang cukup besar, dan ditengahnya terdapat padang rumput yang cukup luas
dimana banyak rusa yang berkeliaran disana. Selain rusa, tampak juga
terlihat babi hutan dan biawak. Setelah melihat-lihat di sekitar tempat
penginapan, kami pun bermain-main di pinggir pantai dan menikmatinya.
Pantainya sangat menyenangkan, pasirnya putih, airnya jernih dan pantai
ini adalah tempat yang sangat tepat untuk bersantai dan rasanya tidak
ingin beranjak dari tempat ini. Rasanya hanya ingin tidur-tiduran sambil
merasakan tiupan angin laut atau hanya ingin memandangi birunya lautan
sambil menghirup segarnya udara laut. Buat gue, bersantai di pantai
seperti ini adalah obat yang ampuh untuk menghilangkan stress dan
melupakan beratnya hidup dan dapat membuat hati damai.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwQ7qcobMB7m6NOm5fu6J69ZUkjuFV_BB1Fjx7wkOxvwpgAd3M2ORbAWCbKvOLGno4J0-SgOchlUDpfFc4ilwB0KNw8DqJdvNYSVHUhyRjFndhEV9T17tlMr49ZN_hQM7jj109cbKkdSA/s320/37.jpg) |
Pulau Peucang |
|
|
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOXgLEJgBCXKXo53epuAIDFfD9-xBCiXRry-oZdpHp618kvH7aMpAxkw2SE5uAU8fo7leZymk0JPBh0ETK2ndHT5opM6pTNjbizVJhBGqFLKwtaBttoW9Bb53CzUDefyPe4r4-MECZ1wM/s320/36.jpg) |
Rusa Pulau Peucang |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUXtgpz9iQxifhe1GJfosX7jMTw5grhUcME7XzK_SYhUJJI7thowU2Q0QdJUAmLpHtd-oHZixVa730S1YSOtZJB-60sP1odbfxi9UN2v69R7DPx0s-oXPJdph-Qe-g6yMMEx1eh3yVzHI/s320/31.jpg) |
Rusa dan Babi Hutan |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBLqPNZxfG2Xq674_hzzv-KHoLidx-8x9Hc1iP9oF9rFExXqStUFLGRmSd5WkAmX3sQDypeEi_laVHLULiWs6MFkLsPOqJWubLRb4KtwjjPdEkJVbN9D6OfLN8u2dCJC5k-GAq6vJiJ40/s320/32.jpg) |
Biawak Pulau Peucang |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmLh5yOkSzF8KPJ1z7-bGZITvsF5KOwIYPC8I-ugoz7C5c73xBlMtWWRgtK7CNI77JCR26L3EJEpx6kUmnoWVKNqsnZL1BKHKRLcjBxAMAgU4Tfit_MVquU5hnfPqOxjxeO9-1_rq9s3w/s320/30.jpg) |
Pantai di Sekitar Pulau Peucang |
Setelah
menikmati Pulau Peucang dan sekitarnya, kami pun harus pamit dan
meninggalkan pulau ini. Perjalanan kami selanjutnya adalah menuju ke
tempat penginapan kami di Handeleum. Perjalan kami menuju Handeleum dari
Pulau Peucang ternyata memakan waktu yang cukup lama yaitu selama dua
jam atau lebih. Angin laut yang sepoi-sepoi menyejukan, langit senja
yang menawan serta seribu bintang di langit adalah sesuatu yang
menakjubkan yang dapat kami nikmati selama perjalan. Berbincang-bincang,
bergurau dan berusaha mengenal para peserta trip yang lain selama
perjalanan membuat kami semua semakin akrab dan membuat suasana semakin
ceria dan menyenangkan. Selalu menyenangkan untuk dapat berbagi cerita
dan tawa dengan teman-teman baru.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjb2QeErav5sxNzyr9adtp-w6BXTQ0clrRxs6qRrlPvelWVoBjxSBdkCaHS754bA9j9JFsfVpFwxJRifSw4HXv7wf1k2ZYMJIsFuJD9jqNkzBppPoEimHu8KxDoLr9LiZb_AKMWHHpbmRs/s320/28.jpg) |
Langit Senja Selama Perjalan Menuju Handeleum ; Photo By Sidney "Oni" |
Setelah kurang lebih dua jam perjalan,
akhirnya kami sampai di Handeleum tempat penginapan kami. Tempat
penginapan ini cukup menarik, kami berada di tengah pulau dengan banyak
pohon rindang dan banyak sekali rusa di sekitar penginapan kami. Setelah
kami semua mandi dan makan malam, selanjutnya kami berbaur dan berusaha
mangakrabkan diri satu dengan lainnya. Memberi makan rusa di sekitar
penginapan kami malam itu adalah salah satu kegiatan favorit malam itu.
Selain itu ada yang masak cemilan, ada yang main kartu dan ada juga
sebagian dari kami yang bermain tebak judul lagu. Ada juga sebagian dari
kami yang berjalan-jalan di sekitar penginapan dan bermain kembang api
membuat suasana malam itu semakin meriah. Malam itu benar-benar membuat
kami semakin akrab dan dekat satu sama lain. Setelah sangat menikmati
hari yang ketiga ini, akhirnya kami semua menuju tempat tidur
masing-masing dan beristirahat untuk mengumpulkan energi agar kembali
fit untuk melakukan kegiatan terakhir di besok hari.
Hari Keempat (24 April 2011) Handeleum - Cigenter - Sumur - Jakarta
Tidak
terasa kami sudah memasuki hari yang keempat. Bangun sekitar pukul
06.30 pagi, kami langsung menyantap sarapan yang sudah disediakan.
Setelah sarapan, kami bersantai sejenak di teras penginapan sambil
menghirup segarnya udara pagi serta menikmati pemandangan sekitar
Handeleum. Kami mempunyai dua opsi untuk kegiatan kami di hari keempat
ini. Opsi kami yaitu snorkeling di sekitar Handeleum atau kanoing di
Cigenter. Setelah kami bersdiskusi, akhirnya dilakukan voting untuk
kegiatan hari keempat dan berdasarkan hasil voting, kami
semua akhirnya sepakat untuk kanoing di Cigenter dengan biaya tambahan
Rp 50.000 per orang. Setelah sepakat kami pun segera bersiap-siap dan
merapihkan barang-barang dan segala bawaan kami karena setelah kanoing
kami akan check out dari penginapan dan segera kembali ke Jakarta.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2MrK9MXarxlh2vMU1YAhXPERKy0zEA-yjlDgb3weEwYnn3OkVl1M7RnMh2heRgjIoEu_NkUzgT0L4KhaqDkgw_Psxt77I38LLU5LbWL6Oi9sOtdPEDKM0KeoR7kS2Nx7KwmrviIqYGHM/s320/38.jpg) |
Pemandangan Pagi di Handeleum |
Setelah semua siap kami semua menuju
perahu kami untuk diantarkan ke Cigenter. Tidak lama setelah kami naik
ke kapal, ada lima buah kano beserta guide-nya yang telah disiapkan
untuk kami. Satu kano diisi oleh lima sampai enam orang. Setelah kapal
membawa kami sampai di Cigenter, kami pun menuju kano kami masing-masing
dan siap untuk berpetualang menelusuri sungai Cigenter.
Perjalanan
kami dimulai dari tepi laut dimana warna air masih terlihat biru
kehijauan menuju ke muara sungai dimana air sudah mulai keruh dan kami
pun memasuki area Cigenter. Gue sangat antusias di tempat ini.
Sebelumnya gue belum pernah melihat pemandangan seperti ini. Menelusuri
sungai dengan pemandangan hutan di samping kiri dan kanan entah kenapa
sangat membuat gue bersemangat. Mendayung kano sambil menghirup segarnya
udara disana dan menikmati pemandangan sekitar yang menawan serta
ditemani oleh merdunya kicauan burung-burung sangat membuat hati gue
tentram dan damai.
Setelah melihat pemandangan seperti
itu, hal yang ada di benak gue adalah kemungkinan bertemu dengan
hewan-hewan jenis reptil seperti ular,buaya,biawak dan lainnya. Dan
ternyata apa yang gue pikirkan menjadi kenyataan. Biawak kecil terlihat
di sisi kanan gue, terlihat biawak tersebut sedang mencari makan. Tak
lama setelah melihat biawak, hati pun mendadak agak cemas namun
bersemangat dan jantung mulai sedikit berdebar ketika kami semua melihat
ular yang sedang tidur memeluk batang pohon dengan nyenyak tepat berada
di atas kepala kami. Yang ada dipikiran gue pada ssat itu adalah
bagaimana jika tiba-tiba ular itu jatuh di kano gue? pasti akan terjadi
kepanikan yang dashyat. Namun guide kami coba menenangkan kami dengan
memberi tahu bahwa tidak perlu khawatir jika hal itu terjadi, karena
menurutnya ular tersebut tidak menggangu dan jika memang itu terjadi
jangan panik, karena dia siap untuk membantu. Tapi untungnya hal
tersebut tidak terjadi, dan kami pun tidak harus bergelut dengan ular
dan bisa melanjutkan perjalanan dengan sedikit lebih tenang walaupun
masih ada sedikit perasaan cemas.
Menelusuri sungai
ini ternyata hanya sampai pada suatu titik, dan tidak sampai ujung
muaranya. Menurut guide kami, tidak mungkin untuk melanjutkan kesana
karena medan yang cukup berat dan cukup berbahaya. Akhirnya kami semua
memutar kano kami dan menuju kembali ke perahu. Pada perjalanan kembali,
ada dua perahu dari kami yang berlomba kano. Kano mereka pun melaju
cepat meninggalkan yang lain sampai tidak terlihat dan hanya terdengar
suara keriangan mereka saja. Sementara dua kano tersebut sibuk berlomba,
kano gue dan yang lain singgah sebentar ke tepian untuk melihat
banteng. Setelah kano kami parkir, kami pun berjalan sedikit dan
menemukan sebuah padang rumput yang luas, dan tampak dari kejauhan ada
tiga atau empat ekor banteng yang sedang berkumpul. Tidak lama kami
disini dan setelah itu kami pun mendayung kano kami dan kembali ke
perahu untuk kembali menuju ke tempat penginapan di Handeleum.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhs_0Wn4rsrmWMObNKozJZ_JsGU5Vpq70t64hqwe5JC5LEVQbCIvA7BT126OGTcGiaS_Tr319_romZ3YYamJN-rx_NzUDQUFFlycopGKSdUa_BUcNk5wW3OLh-RDJYFO2N1Lsdi0296_Uw/s320/39.jpg) |
Perairan Sekitar Cigenter |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqKE_IKaFdW6MBlDH8JhBgWFJMcmKPD-uii_pmbmJe-1RxfYvdh60flkk1yf3q2yWecccfu9G-Nw3pVPIa-M3BHQpRKneybYdlKthVOXNEfp7uEriLI3Odm3zg1nIFh3k8UeSHvhBsiBY/s320/41.jpg) |
Sungai Cigenter |
|
|
|
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbT3M8-tIQJ9lgjc-Y91x5qUQmGtgLKKgmcQbMaQOL9k-9ANpw3nfhcAgeIEJAcSKdkPgjpRlD0I4qtYV-lFXEuL7FDoEi1L_049q6RblwZpXVToHv5W7c2-_zpw70BUcR79U7V-FCExg/s320/40.jpg) |
Menelusuri Sungai Cigenter |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNrEvpA6eP6yVqP5lLhm0v832PnDROtkZiDygB1Ut1lSNGlXT59sS_LZp1uYvgcc3vQvjgb8WbJpN-gzejED14MxcxQnIa_i1LOfSgZBpTZBfeDlfdkoSP4lzGYlj2fUoBfYKM5dnF_A8/s320/44.jpg) |
Ular! |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5hbzg3T333ZStkSXGoEQF2j93b9C0Iy2o1CVAEL9Cv6IsfluNkoQFTh43OhqbxBzafG7_2GXMtTvAaCz9L21Na7qrdlYqI3V0x-hL6NPcMtFa4jYswRq0NHZq2RcMeCmH4XVniOObARc/s320/42.jpg) |
Banteng di Cigenter |
Tiba
kembali di Handeleum dari Cigenter, kami pun langsung mengepak dan
membereskan barang-barang kami. Setelah manyantap makan siang, kami pun
harus pamit dan meninggalkan Handeleum untuk menuju ke desa Sumur
sebelum kami kembali ke rumah kami di Jakarta. Kami segera menuju perahu
dan berpamitan dengan Ujung Kulon dan menuju ke Desa Sumur. Perjalan
pulang adalah perjalan yang paling tidak menyenangkan. Dengan lelah dan
sadar bahwa liburan telah usai dan aktivitas harian sudah menanti di
esok hari membuat badan ini rasanya sangat malas untuk bergerak. Semua
dari kami pun terlihat sudah kurang bersemangat. Tidur adalah kegiatan
yang paling efektif untuk membunuh rasa malas dan kurang bersemangat.
Perjalanan
memakan waktu cukup lama dan kami pun sempat kehujanan di tengah jalan,
yang tentunya membuat baju kami basah kuyup karena tidak memperkirakan
akan terjadi hujan sebelumnya. Setelah melalui perjalanan yang
melelahkan dan sempat kehujanan akhirnya kami sampai di Desa Sumur dan
beristirahat sejenak sebelum kami masuk ke bus kami yang sudah siap
menjemput dan akan mangantar kami kembali ke Jakarta.
Perjalanan
menuju kembali ke Jakarta pun dimulai, dan kami pun sepertinya akan
melewati jalur yang sama ketika berangkat. Kami berangkat menuju Jakarta
sekitar pukul 15.00. Pada awalnya perjalanan cukup normal walaupun
desertai dengan hujan yang cukup deras, kami masih bisa menikmati
perjalanan. Bagi yang tidak tidur mereka bisa menonton film yang diputar
di bus, dan bagi yang lelah tentunya bisa tidur. Tapi semuanya itu
ternyata tidak berjalan mulus, di tengah perjalanan ac di bus kami
mengalami kerusakan dan setelah berusaha untuk memperbaikinya ternyata
supir dan kondekturnya tidak berhasil untuk membuat ac berfungsi
kembali.
Dengan ac yang tidak berfungsi, membuat
kondisi bus berubah menjadi tidak nyaman dan tentunya panas dan sesak.
Kondisi seperti itu yang harus kami hadapi selama perjalan pulang, cukup
menyiksa memang tapi tidak ada lagi yang bisa kami lakukan selain
bersabar. Kami hanya bisa bernapas lega sejenak ketika pada saat bus
kami mengisi bensin dan berhenti untuk makan malam. Dengan bersabar
selama perjalanan panjang karena kurang nyamannya kondisi di bus yang
disebabkan oleh tidak berfungsinya ac akhirnya kami semua sampai di
Jakarta tepatnya di Circle K Pancoran dengan selamat dan tanpa
kekurangan suatu apapun.
Secara keseluruhan,
pemandangan yang dapat dilihat disana dapat menghibur mata dan hati.
Ujung Kulon merupakan tempat yang mengasyikan untuk berpetualang. Tempat
yang tepat untuk melepas penat. Tempat dimana lautan terlihat cantik
dan menawan. Tempat yang tepat untuk berbagi canda tawa dan segala macam
bentuk kegembiraan.
Bertemu teman-teman baru
dan pergi ke tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya adalah
pengalaman yang menyenangkan dan selalu membuat kecanduan. Pada trip
ini, entah kenapa membuat gue lebih bersyukur dari sebelumnya. Melihat
para nelayan di pantai, petani yang sedang bertani di siang bolong, dan
melihat segala macam bentuk kehidupan yang ada disana membuat gue sangat
bersyukur atas apa yang gue punya sekarang. Gue bersyukur gue lebih
beruntung daripada orang-orang yang hidup disana. Gue bersyukur masih
punya kesempatan menikmati keindahan alam Indonesia, bersyukur bisa
melihat hal-hal yang belum pernah gue lihat sebelumnya, dan bersyukur
bisa bertemu dengan teman-teman baru yang baik dan menyenangkan. Dan
yang paling penting gue bersyukur atas semua kebaikan Tuhan dalam hidup
gue.
It Was a Wonderful Trip With a Wonderful People and I'm Grateful For That. Thank You God For Your Kindness.
Cheers
-Rifel-
What a lovely sunset at the sea side.
ReplyDeleteluton meet and greet parking
Love those adorable sea site views.
ReplyDeletemeet and greet parking luton