Setelah menempuh satu jam perjalanan dengan menggunakan kapal feri, saya dan Risty tiba di Macau. Seperti kebanyakan orang yang baru tiba di tempat yang asing, kami mulai bingung. Mau ke mana? Dan dengan apa kami pergi?
Akhirnya setelah berdiskusi, kami sepakat menuju Senado Square, pusat kota Macau. Risty sudah pernah ke Macau sebelumnya, namun itu 2 atau 3 tahun yang lalu, dia sendiri tak ingat dengan pasti bagaimana caranya menuju ke sana. Yang dia ingat ada sebuah bus, yang merupakan fasilitas dari hotel-hotel di Macau yang membawanya. Dan seingatnya bus itu gratis. Tidak dipungut biaya sepeser pun.
Kami segera bertanya kepada orang-orang sekitar. Seorang petugas pelabuhan memberi tahu kami sebaiknya naik bus Wynn Hotel yang berwarna merah. Bus itu akan membawa penumpang sampai di Wynn Hotel yang letaknya tidak jauh dengan Senado Square. Dan benar, bus itu bebas biaya.
Dari pelabuhan, bus itu membawa kami keliling kota. Panas dan gersang. Kesan saya pertama kali melihat Macau. Tidak ada pepohonan berdaun hijau yang rindang. Yang ada hanya tanah-tanah kosong yang sedang mau dibangun. Beberapa saat kemudian, bus melewati sebuah jembatan panjang yang melintasi danau. Dari kejauhan nampak Macau Tower yang berdiri gagah. Sempat terbesit di pikiran saya, mungkin saya akan mencoba bungy jumping di menara itu, yang konon katanya adalah bungy jumping tertinggi di dunia. Niat ada, namun nyali kabur entah kemana. Akhirnya itu hanya sebuah angan belaka dan saya memutuskan untuk tidak mencobanya.
Bus itu kemudian membawa kami melihat patung Guanyin yang cukup unik. Bentuknya seperti seorang wanita yang berbadan lumba-lumba. Tak jauh dari situ, mulai terlihat gedung-gedung mewah yang desainnya unik. Bangunan-bangunan itu tidak lain dan tidak bukan adalah hotel-hotel mewah bintang lima beserta casino-nya. Mirip seperti LasVegas yang saya lihat pada film Holywood.
Kami akhirnya tiba di Wynn Hotel yang mewah, disambut oleh Bellboy di lobby hotel dengan senyum ramah. Kami pun langsung bertanya kepadanya. Bellboy itu dengan jelas memberi tahu arah menuju Senado Square.
Sesuai petunjuknya, kami mulai berjalan menuju Senado Square. Kami melewati sebuah koridor yang fungsinya seperti jembatan penyeberangan, namun terletak di bawah tanah. Di koridor ini saya melihat banyak bertebaran kartu-kartu bergambar wanita cantik lengkap beserta nomor teleponnya. Mungkin semacam wanita penghibur panggilan. Entahlah. Yang jelas, kartu itu banyak sekali berserakan di lantai.
Keluar dari koridor itu, nampak dua bangunan unik di hadapan saya. Casino Lisboa yang berwarna-warni dan di seberangnya terlihat Grand Lisboa yang bentuknya sangat unik. Salah satu yang paling unik yang pernah saya lihat. Bagian bawahnya bundar seperti kubah, dan bagian atasnya seperti daun pakis raksasa yang semuanya dibalut dengan warna emas yang berkilau.
Tempat tujuan kami, Senado Square terletak tak jauh dari sana. Seperti pusat keramaian kota pada umumnya, tempat ini penuh oleh lalu lintas manusia yang padat---kebanyakan adalah turis. Tempat ini sangat kental bernuansa Eropa. Salah satu peninggalan Portugal yang dilestarikan di Macau. Bangunan-bangunan di sana terihat kuno dengan arsitektur khas Eropa, berpilar dan kokoh seperti benteng.
Di depan Senado Square ada semacam air mancur kecil, yang cukup menjadi pusat perhatian. Yang cukup unik dari tempat ini adalah ubinnya yang disusun sedemikan rupa sehingga membuat pola yang indah. Banyak juga terdapat gereja tua dan nampak juga berjejer trishaw, becak khas Macau.
Macau Tower |
Grand Lisboa |
Senado Square |
No comments:
Post a Comment