Saya dan pacar
saya, Risty tiba di Bandara International Hong Kong,
pukul 15.00 waktu setempat. Untuk pertama kalinya, saya menginjakan kaki di Hong Kong. Setelah lolos dari imigrasi dan dihadiahi
stempel kedatangan oleh petugas, hal pertama yang saya pikirkan adalah
bagaimana caranya menuju pusat kota?
Dengan transportasi apa saya menuju ke pusat kota?
Berbekal
informasi dari sebuah konfirmasi booking
hostel, saya dan Risty memilih menggunakan bus. Sesuai petunjuk itu, kami
bergegas menuju Hall B yang terletak di level 5. Sempat kesulitan mencarinya,
akhirnya dengan bantuan penduduk setempat yang cukup ramah, kami menemukannya.
Di Hall B banyak
bus yang sedang parkir dan banyak calon penumpang yang sedang mengantri sesuai
dengan nomor bus. Yang kami cari adalah bus nomor A21, tujuan Nathan Road - Tsim
Sha Tsui, Kowloon.
Kami menemukan dimana harus naik bus itu, kemudian mengantri dengan tertib.
Ketika bus datang dan membuka pintunya, kami segera masuk. Supir bus itu
kemudian menanyakan tiket atau Octopus Card, sebuah kartu pembayaran elektronik
yang digunakan untuk pembayaran transportasi di Hong Kong.
Tiket tak ada,
Octopus Card pun tak punya. Yang kami miliki hanya uang tunai. Sialnya,
ternyata sopir bus tidak menerima uang tunai. Selanjutnya ia mengusir kami dari
bus dan menyuruh kami untuk membeli tiket di loket terlebih dahulu.
Loket tidak jauh
dari situ, kami pun bergegas menuju ke sana
dan berharap bus tadi belum berangkat. Namun ternyata kami belum berjodoh
dengan bus itu yang telah pergi meniggalkan terminal. Sepuluh menit kemudian
bus A21 yang lain datang. Kali ini kami diperbolehkan masuk karena menunjukan
tiket. Setelah itu kami segera menaruh tas ransel di tempat yang disediakan dan
kemudian duduk manis di bangku bus yang nyaman.
Hari itu cerah. Jadi
tidak ada alasan bagi saya untuk tidak menikmati pemandangan sepanjang
perjalanan meskipun badan mulai terasa lelah.
Bus A21 membawa kami
melewati jalan bebas hambatan yang pemandangannya cukup menghibur. Bukit-bukit
dan gunung-gunung yang mengelilingi. Di bawah nampak lautan biru terlihat
memisahkan pula-pulau kecil yang dihuni bangunan-bangunan menjulang
tinggi. Terlihat juga kapal-kapal
kontainer yang sibuk lalu lalang.
Di pinggir
jalan, ada sebuah jalur khusus yang cukup luas untuk pengendara sepeda dan
pejalan kaki. Melihat itu, sungguh membuat saya iri. Warga Hong Kong sungguh
beruntung. Alangkah menyenangkannya, jika di Jakarta ada jalur khusus seperti itu.
Pemandangan seru
lainnya adalah ketika bus menyeberangi jembatan-jembatan panjang yang
menghubungkan pulau, dan ketika bBus melewati terowongan bawah laut yang sangat
panjang yang menghubungkan Hong Kong Island dan Kowloon.
Tak lama
kemudian bus memasuki Kowloon.
Di sana jalanan
hanya terdiri dari dua ruas saja. Lalu lintas didominasi oleh bus-bus tingkat,
taksi dan transportasi umum lainnya. Di sana,
mobil pribadi jumlahnya tidak terlalu banyak dan sepeda motor nyaris tak
terlihat. Di pinggir jalan, terlihat banyaknya pejalan kaki yang menguasai
trotoar. Menjamurnya pusat perbelanjaan dan toko-toko di daerah Kowloon membuat daerah ini
sangat ramai dan menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Akhirnya setelah
14 kali berhenti dan memakan waktu lebih dari satu jam, kami tiba di Nathan Road –
Tsim Sha Shui dan kemudian menuju hostel di Chungking
Mansions.
Dengan
menggunakan kereta yang cepat, mungkin tidak ada pemandangan menarik yang bisa
dinikmati. Dengan menggunakan taksi tentu ongkosnya akan jauh lebih mahal.
Meskipun mungkin jika menggunakan kereta atau taksi akan lebih menghemat waktu.
Bagi saya yang
saat itu tidak sedang dikejar waktu, memilih menggunakan bus dari Hong Kong International
Airport menuju Kowloon adalah sebuah pilihan yang tepat. Mengapa?
Karena selain ongkosnya yang paling murah jika dibandingkan dengan transportasi
lain, pemandangan yang bisa dinikmati selama perjalanan adalah sesuatu yang
menyenangkan dan menjadi nilai tambah.
Bus A21; Photo : http://sgforums.com |
No comments:
Post a Comment